Proses Persiapan Kemerdekaan Indonesia (Pelajaran IPS SMP/ MTs Kelas VIII)


Artikel yang terkait dengan judul :Proses Persiapan Kemerdekaan Indonesia (Pelajaran IPS SMP/ MTs Kelas VIII)

Proses Persiapan Kemerdekaan Indonesia (Pelajaran IPS SMP/ MTs Kelas VIII) ✓ Bagi teman-teman yang mempelajari materi ini diharapkan supaya lebih mengerti dan juga lebih memahami mengenai proses terjadinya kemerdekaan Indonesia yang dimulai dari akhir kekuasaan masa Jepang di Indonesia, peristiwa Rengasdengklok dan kronologi persiapan kemerdekaan Indonesia. Untuk bangsa Indonesia paling tidak untuk cita-cita sebagai bangsa yang merdeka telah ada sejak Masa Pergerakan Nasional pada tahun 1908.

Daftar Isi

1. Akhir Kekuasaan Jepang di Indonesia
2. Peristiwa Rengasdengklok
3. Kronologis Proklamasi Kemerdekaan

Akhir Kekuasaan Jepang di Indonesia

Sampai dengan akhir tahun 1944, kedudukan Jepang dalam Perang Pasifik dalam kondisi yang sangat terdesak. Pasukan jepang di mana-mana mengalami kekalahan terhadap tentara Sekutu (Amerika Serikat Inggris, Kanada, dan Australia). Kondisi tersebut juga diperparah lagi dengan pengeboman terhadap 2 kota di Jepang yaitu Hiroshima pada tanggal 6-8-1945 sedangkan Nagasaki pada tanggal 9-8-1945 oleh sekutu di bawah pimpinan Amerika Serikat. Dari kejadian tersebut, maka semakin terbukalah jalan untuk bangsa Indonesia menuju kemerdekaannya. Kemudian keadaan tersebut dimanfaatkan oleh para pejuang dan rakyat Indonesia dengan sebaik-baiknya yang telah lama menantikan datangnya suatu kebebasan dari penjajahan bangsa lain. Kemudian bangsa Jepang melakukan bermacam usaha untuk menarik simpati dari bangsa Indonesia.

1. Pada tanggal 7-8-1945, terjadi perubahan nama yang tadinya bernama BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) berganti menjadi PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Tidak hanya nama yang mengalami perubahan namun keanggotaannya pun mengalami perubahan yaitu tidak melibatkan orang-orang Jepang. Konsep dari dasar negara Pancasila, rancangan UUD (Undang - undang Dasar) walaupun merupakan hasil dari BPUPKI, namun secara yuridis formal disahkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Sehingga perubahan dari BPUPKI menjadi PPKI adalah merupakan proses nasionalisasi dari segala bentukan bangsa Jepang yang ada di Indonesia.

2. Pada tanggal 9-8-1945, oleh Panglima Angkatan Perang Jepang di Asia Tenggara yang bernama Marsekal Terauchi memanggil para tokoh nasional antaar lain Sukarno, Moh. Hatta, dan juga Rajiman Wedyodiningrat ke Dalath/Saigon/Ho Chi Minh di Vietnam. Kemudian pada tanggal 11-8-1945, pukul 11.40, Panglima Angkatan Perang Jepang tersebut melantik Sukarno-Hatta sebagai ketua dan wakil ketua PPKI. Selain hal tersebut terdapat pula agenda yang lainnya antara lain (a) mengenai waktu Indonesia merdeka, dan (b) pembahasan kembali mengenai batas-batas dari wilayah Indonesia sebagai suatu negara yang merdeka ialah bekas jajahan kolonial Hindia Belanda. Sesudah dilakukan pembahasan lebih lanjut, maka disetujuilah bahwa kemerdekaan akan diumumkan yaitu pada tanggal 18 Agustus 1945.
3. Pada tanggal 14-8-1945, rombongan sampai kembali di tanah air. Kedudukan Jepang semakin sulit, kemudian pada tanggal 15 Agustus 1945 Jepang menyerah terhadap Sekutu di atas geladak kapal perang Amerika yang bernama USS Missouri yang pada saat itu sedang berlabuh di teluk Tokyo, diumumkan oleh Kaisar Hirohito. Kemudian berita mengenai menyerahnya bangsa Jepang tersebut terdengan oleh Syahrir melalui siaran radio Amerika (Voice of America) yang selanjutnya berita tersebut disampaian kepada Moh. Hatta yang meneruskan berita tersebut kepada Sukarno.

Peristiwa Rengasdengklok

Peristiwa Rengasdengklok merupakan salah satu dari proses persiapan kemerdekaan Indonesia yang mana terdapat perbedaan pandangan antara kelompok yang tua dengan kelompok yang muda mengenai kapan proklamasi kemerdekaan akan dilaksanakan. Perbedaan yang terjadi oleh karena setelah mendengar kekalahan bangsa Jepang atas Sekutu.

1. Sikap golongan tua
Mereka selalu memiliki sikap yang hati-hati dan tetap terhadap pendiriannya atas perjanjiannya dengan Terauchi yaitu sesudah rapat PPKI (18-8-1945) tepatnya pada tanggal 24-8-1945. Pertimbangan yang diambil mereka berani melanggar ketentuan tersebut sebab mereka khawatir jika terjadi pertumpahan darah. Walaupun Jepang sudah mengalami kekalahan, tetapi kekuatan dari militer yang dimiliki di Indonesia masih sangat kuat.

2. Sikap golongan muda
Golongan muda mempunyai sikap yang penuh dengan emosi dan menginginkan supaya secepatnya untuk mengumumkan proklamasi proklamasi kemerdekaan, paling lambat tanggal 16-8-1945.

3. Pengamanan Sukarno-Hatta di Rengasdengklok
Sesudah mendengar kepulangan dari Sukarno-Hatta-Rajiman Wedyodiningrat dari Dalath/Saigon/Ho Chi Minh, maka Sutan Syahrir dengan segera datang ke rumah Hatta dengan tujuan supaya segera memproklamirkan kemerdekaan Indonesia dengan tanpa harus menunggu dari Pemerintah Jepang. Supaya tidak mengecewakan, maka kemudian Hatta mengajaknya ke rumah Sukarno. Kemudian oleh Hatta diterangkan apa maksud dari kedatangannya bersamaan dengan Sutan Syahrir, namun Sukarno belum bisa menerima usul dari Sutan Syahrir tersebut. Selanjutnya Sukarno beralasan bersedia untuk memberi proklamasi, aabila sudah melakukan pertemuan dengan anggota PPKI yang lainnya. Kemudian Sutan Syahrir pergi ke Menteng Raya, Jakarta yang merupakan markas para pemuda, dan di Menteng Raya tersebut Sutan Syahrir bertemu dengan para pemuda, antara lain Sukarni, BM Diah, Sayuti Melik, dan lain-lain. Sutan Syahrir lalu menyampaikan laporan kepada para pemuda tersebut, bahwa dirinya sudah bertemu dengan Sukarno. Selanjutnya para pemuda tersebut melakukan rapat pada tanggal 15-8-1945 pada pukul 20.00 WIB di salah satu ruangan di Lembaga Bakteriologi yang berada di Pegangsaan Timur, Jakarta. Chairul Saleh merupakan pimpinan dari rapat itu, dan yang hadir yaitu Johar Nur, Kusnandar, Subadio, Margono, Wikana, dan juga Alamsyah. Keputusan dari rapat tersebut menegaskan bahwa kemerdekaan Indonesia merupakan hal dan soal dari rakyat Indonesia sendiri, tidak boleh bergantung kepada orang dan negara lainnya. Lalu untuk mendesak kepada Sukarno agar mau secepatnya melaksanakan proklamasi kemerdekaan Indonesia, tanpa harus menunggu hasil dari sidang PPKI, maka para pemuda tersebut mengutus Wikana dan Darwis supaya menemui di kediaman Sukarno yaitu Jl. Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta, pada pukul 22.00 WIB. Hasil dari pertemuan tersebut adalah Sukarno belum bersedia untuk memproklamirkan kemerdekaan bangsa Indonesia tanpa PPKI. Oleh sebab tidak mencapai kesepakatan, maka kalangan pemuda bermaksud mengamankan Sukarno-Hatta ke luar wilayah Jakarta. Tanggal 16-8-1945 tengah malam, kemudian para pemuda melakukan rapat di Asrama Baperpi, Cikini Jakarta. Pemuda yang hadir adalah Sukarni, Yusuf Kunto, dr. Muwardi, Shodanco Singgih, dan Chairul Saleh. Keputusan rapat tersebut adalah untuk mengamankan Sukarno-Hatta ke luar Jakarta. Pertimbangan yang dipakai adalah supaya Sukarno-Hatta terlepas dari pengaruh Jepang, sehingga berani untuk memproklamirkan kemerdekaan sendiri. Rengasdengklok (kota kecil dekat Karawang) adalah tempat yang dipilih untuk mengamankan Sukarno-Hatta yang terletak 15 KM dari jalan raya Jakarta-Cirebon. Hal yang menjadi pertimbangan dipilihnya Rengasdengklok adalah Daidan (setingkat batalyon) PETA Jakarta dan Rengasdengklok sering melakukan latihan bersama. Sehinggga dengan demikian, jika ada gerakan pasukan Jepang ke Rengasdengklok bisa secara cepat diketahui dan bisa dihadang oleh kekuatan militer PETA.

Proses Persiapan Kemerdekaan Indonesia (Pelajaran IPS SMP/ MTs Kelas VIII)

Proses Persiapan Kemerdekaan Indonesia

Jalannya peristiwa Rengasdengklok adalah sebagai berikut:

1). Tanggal 16-8-1945 pada pukul 04.00 WIB, Sukarno-Hatta dibawa ke Rengasdengklok oleh Shodanco Singgih dari Daidan PETA Jakarta. Kemudian keduanya dibawa menuju ke asrama PETA Rengasdengklok.

2). Para pemuda mendesak kembali kepada Sukarno-Hatta supaya mau memproklamasikan kemerdekaan Indonesia tanpa adanya pengaruh dari Jepang. Namun Sukarno-Hatta tetap pada pendiriannya.

3). Shodanco Singgih, sesudah berbicara secara pribadi dengan Sukarno menyimpulkan bahwa ia bersedia untuk memproklamirkan kemerdekaan sesudah kembali ke Jakarta. Selanjutnya Shodanco Singgih segera kembali ke Jakarta, dalam rangka untuk menyampaikan kesediaan Sukarno kepada para pemuda.

4). Di Jakarta terjadi kesepakatan antara golongan tua yang diwakili oleh Ahmad Subarjo yang merupakan seorang yang dekat dengan golongan tua ataupun dengan golongan yang muda, serta sebagai penghubung dengan pemuka angkatan laut Jepang Laksamana Muda Tadashi Maeda, dengan golongan muda yang terwakili oleh Wikana. Kesepakatan tersebut adalah berupa akan dilaksanakannya proklamasi kemerdekaan, yaitu pada tanggal 17-8-1945 sebelum pukul 12.00 WIB.

5). Dari kesepakatan tersebut, maka Ahmad Subarjo yang didampingi oleh Sudiro dan juga Yusuf Kunto lalu berangkat ke Rengasdengklok pukul 17.30 WIB untuk melakukan penjemputan kepada Sukarno-Hatta. Selain itu juga meyakinkan kepada Sukarno-Hatta bahwa bangsa Jepang telah menyerah kepada Sekutu.

6). Ahmad Subarjo meyakinkan kepada golongan pemuda supaya melepaskan Sukarno-Hatta dengan jaminan kesepakatan perjanjian di Jakarta sebelumnya. Selanjutnya Shodanco kembali ke Jakarta. Selain itu, turut serta Fatmawati dan Guntur Sukarno Putra.

Kronologis Proklamasi Kemerdekaan

Perumusan teks proklamasi kemerdekaan di rumah Laksamana Muda Tadashi Maeda

Rombongan Sukarno-Hatta tiba di Jakarta pukul 23.00 WIB pada tanggal 16-8-1945. Kemudian Hatta meminta kepada Ahmad Subarjo supaya menelepon Hotel Des Indes supaya diadakan tempat rapat, namun ditolak sebab telah pukul 24.000 WIB. Berdasarkan izin dari Jepang, kegiatan bisa dilakukan sebelum pukul 22.00 WIB. Lewat Ahmad Subarjo, kemudian Tadashi Maeda menawarkan rumahnya di Miyokodori yang sekarang dikenal sebagai Jl. Imam Bonjol No. 1, Jakarta untuk dipakai sebagai tempat yang aman dalam proses persiapan kemerdekaan Indonesia yaitu untuk menyusun naskah Proklamasi Kemerdekaan. Pertemuan dihadiri oleh Sukarno, Hatta, Ahmad Subarjo, para anggota PPKI, dan para tokoh pemuda antara lain : Sukarni, Sayuti Melik, BM Diah, dan Mbah Diro. Mereka yang merumuskan Teks Proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia berada di ruang makan, antara lain:

a. Sukarno yang memegang pena dan kertas klad, lalu menulis naskahnya.

b. Mohammad Hatta dan Ahmad Subarjo yang mengemukakan ide-idenya secara lisan. Pada kesempatan tersebut Ahmad Subarjo yang menyampaikan kalimat pertama dengan berbunyi “Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan Kemerdekaan Indonesia”. Kemudian Moh. Hatta menyampaikan untuk kalimat yang keduanya dengan berbunyi sebagai berikut: "Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain diselenggarakan dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya”.

c. Selanjutnya dibacakan di ruang depan. Sukarni merupakan orang yang mengusulkan agar yang menandatangani naskah tersebut adalah Sukarno-Hatta atas nama bangsa Indonesia. Usulan dari Sukarni tersebut disetujui oleh semua yang hadir.

d. Konsep naskah proklamasi kemerdekaan kemudian diserahkan kepada Sayuti Melik supaya dilakukan pengetikan. Perubahan yang dilakukan oleh Sayuti Melik yaitu.
- Tulisan “tempoh” dirubah menjadi “tempo”.
- Tulisan “wakil-wakil bangsa Indonesia” dirubah menjadi” “atas nama bangsa Indonesia”.
- Tulisan “Djakarta, 17-08-’05” diganti menjadi “Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen ‘05”.
(Mungkin teman-teman bertanya mengapa proklamasi tahunnya '05? ini merupakan kependekan dari tahun 2605 karena penanggalan yang dipakai pada waktu Indonesia diduduki Jepang memakai kalender Jepang yang saat itu adalah masuk pada tahun 2605)

e. Sesudah pengetikan telah selesai dilakukan, maka naskah teks proklamasi tersebut ditandatangani oleh Sukarno-Hatta.

f. Selesainya perumusan teks proklamasi kemerdekaan sampai dengan proses penandatanganan yaitu pada pukul 04.00 WIB tanggal 17 Agustus 1945, kemudian diputuskan juga pembacaan yaitu pada pukul 10.00 WIB

Pembacaan teks proklamasi kemerdekaan

Pembacaan Teks Proklamasi Kemerdekaan menurut rencana Sukarno akan dilakukan di Lapangan Ikada, namun dialihkan di rumah Sukarno, Jl. Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta. Penyebab dialihkannya tempat tersebut karena di Lapangan Ikada telah berkumpul pasukan Jepang dengan senjata lengkap. Upacara proklamasi dihadiri oleh sejumlah tokoh bangsa Indonesia dengan pengawalan para pemuda.

Upacara dimulai pada pukul 10.00 WIB dengan tata urutannya adalah berikut ini:
  1. Sambutan yang dilakukan oleh dua anggota panitia.
  2. Sambutan yang dilakukan oleh Mohammad Hatta.
  3. Pembacaan Teks Proklamasi Kemerdekaan yang dilakukan oleh Sukarno.
  4. Pengibaran bendera Merah Putih oleh Latief Hendraningrat dan Suhud, yang dengan spontan para hadirin menyanyikan lagu “Indonesia Raya”
Lamanya upacara proklamasi kemerdekaan Indonesia adalah satu jam. Walaupun sederhana dan singkat, peristiwa tersebut merupakan tanda terbentuknya bangsa dan negara Indonesia yang merdeka. Tiang bendera adalah terbuat dari bambu yang diberi tali kemudian ditanam di teras rumah Sukarno. Penjahit bendera dilakukan oleh Fatmawati Sukarno, dengan bentuk dan juga ukuran yang tidak standar. Sedangkan untuk mikrofon dan pengeras suara pinjam dari toko elektronik.

Penyebarluasan berita kemerdekaan Indonesia

Teks Proklamasi yang telah diumumkan oleh Sukarno tanggal 17 Agustus 1945 tersebut, beberapa saat kemudian telah berhasil diselundupkan ke Kantor Pusat Pemberitaan Pemerintah Jepang Domei (Sekarang Kantor Berita Antara) yang dilakukan oleh Adam Malik, Rinto Alwi, Asa Bafaqih, dan P. Lubis. Pada sekitar pukul 18.30 WIB tanggal 17 Agustus 1945, wartawan Kantor Berita Domei Syahruddin telah berhasil masuk ke gedung siaran Radio Hoso Kanzi (sekarang RRI) dalam rangka untuk menyerahkannya kepada petugas telekomunikasi (markonis) yaitu F. Wuz supaya dilakukan penyiaran berita proklamasi tersebut secara berulang-ulang. Penyebaran berita proklamasi kemerdekaan juga dengan memakai media surat kabar, antara lain : Harian Suara Asia di Surabaya yang merupakan koran pertama yang menyiarkan proklamasi, dan Harian Cahaya Bandung. Para pemuda yang melakukan perjuangan melalui jalur surat kabar yaitu : BM Diah, Sukarjo Wiryopranoto, Iwa Kusumasumatri, Ki Hajar Dewantara, Sayuti Melik, Sutan Syahrir, Madikin Wonohito, Sumanang S.H., Manai Sophian, Otto Iskandar Dinata, G.S.S.J Ratulangi, Adam Malik, Ali Hasyim, dan lain-lain. Penyebaran berita proklamasi juga memanfaatkan pengerahan massa, penyampaian dengan cara dari mulut ke mulut, penyebaran dengan menggunakan pamflet, dan corat-coret di tembok ataupun pada tempat lainnya.

Artikel www. Aanwijzing.com : Ayo membaca...!!! Lainnya :

Copyright © 2016 Aanwijzing.com | Google.com | Google.co.id | Design by Bamz | Powered by Blogger.