CARA BUDIDAYA Tanaman JAHE (Lengkap)


Artikel yang terkait dengan judul :CARA BUDIDAYA Tanaman JAHE (Lengkap)

Cara Budidaya Tanaman Jahe Lengkap – Di Masyarakat Indonesia tanaman jahe dikenal sebagai tanaman obat, rempah-rempah dan penghangat. Jahe adalah tumbuhan rumpun dengan batang semu dantermasuk kedalam suku temu-temuan (Zingiberaceae), satu famili dengan temu-temuan yang lainnya seperti temu lawak (Cucuma xanthorrizha), temu hitam (Curcuma aeruginosa), kunyit (Curcuma domestica), kencur (Kaempferia galanga), lengkuas (Languas galanga) dan lain sebagainya.

Peta Artikel Cara BUDIDAYA Tanaman JAHE yaitu:

1. SEJARAH SINGKAT JAHE

2. URAIAN TANAMAN JAHE

3. MANFAAT TANAMAN JAHE

4. SENTRA PENANAMAN JAHE

5. SYARAT PERTUMBUHAN JAHE

6. PEDOMAN BUDIDAYA JAHE

7. HAMA PENYAKIT TANAMAN JAHE

8. PANEN JAHE

9. PASCAPANEN JAHE

BUDIDAYA Tanaman JAHE (Lengkap)

BUDIDAYA Tanaman JAHE

1. SEJARAH SINGKAT JAHE

Tanaman jahe berasal dari Asia Pasifik yang tersebar dari India hingga wilayah Cina. Dengan demikian, keduanya merupakan bangsa pertama yang memanfaatkan tanaman jahe sebagai minuman penghangat, untuk bumbu masak dan untuk obat-obatan. Di Indonesia nama jahe mempunyai beberapa istilah, misalnya halia (Aceh),  beeuing (Gayo), bahing (Batak Karo), jae (Jawa & Bali), jhai (Madura), sipodeh (Minangkabau), jahi (Lampung), jahe (Sunda), melito (Gorontalo), geraka (Ternate), dll. 

2. URAIAN TANAMAN JAHE

2.1 Klasifikasi

  • Divisi : Spermatophyta
  • Sub-divisi : Angiospermae
  • Kelas : Monocotyledoneae
  • Ordo : Zingiberales
  • Famili : Zingiberaceae
  • Genus : Zingiber
  • Species : Zingiber officinale

2.2 Deskripsi.

Tanamanan jahe merupakan tumbuhan yang batangnya lunak karena tidak membentuk kayu (terna), tingginya 30 cm sampai 1 meter, rimpang jika dipotong berwarna kuning atau jingga.

2.3 Jenis Tanaman

Budidaya Jahe

Tanamanan jahe dikelompokkan menjadi 3 jenis berdasarkan pada ukuran, bentuk dan juga warna rimpangnya, antara lain: 

  • Jahe putih/kuning besar atau disebut juga sbg jahe gajah atau jahe badak : Rimpangnya memiliki ukuran besar/ gemuk, ruas rimpangnya lebih menggembung jika dibandingkan dgn ke-2 varietas yg lainnya. Konsumsi atas jahe gajah scr umum saat masih muda ataupun berumur tua, baik sgb jahe segar ataupun sbg jahe olahan.
  • Jahe putih/kuning kecil atau disebut jg sebagai jahe sunti atau biasa disebut sebagai jahe emprit : Kecil-kecil ruasnya, agak rata sampai agak sedikit menggembung. Jahe emprit dipanen setelah berumur tua. Minyak atsiri jahe emprit mengandung lebih besar jika dibandingkan dengan jahe gajah, oleh karenanya rasanya lebih pedas, disamping seratnya yang tinggi. Jahe emprit cocok untuk digunakan sebagai ramuan obat-obatan, atau untuk diekstrak oleoresin dan minyak atsirinya.
  • Jahe merah : Warna rimpangnya yaitu merah & pemanenan dilakukan setelah tua, dan memiliki kandungan minyak atsiri yang sama dengan jahe kecil, dengan demikian cocok dipakai sebagai ramuan obat-obatan.

3. MANFAAT TANAMAN JAHE

Budidaya Tanaman Jahe
Ilustrasi minuman bandrek

Pemakaian rimpang jahe yaitu sebagai bumbu masakan, pemberi rasa dan aroma pada makanan seperti halnya pada roti, kembang gula, kue, biskuit dan beraneka-macam minuman. Selain itu jahe digunakan pada industri obat, minyak wangi, industri jamu tradisional, bandrek, sekoteng dan juga sirup. Sekarang, pemanfaatan jahe dibidang pertanian cabe yaitu sebagai pestisida alami. Jahe dijual dalam bentuk segar, kering, jahe bubuk juga dalam bentuk awetan jahe. Terdapat juga hasil olahan dari jahe yaitu : minyak astiri dan koresin yang diperoleh dengan melakukan penyulingan yang bermanfaat sebagai bahan pencampur dalam minuman beralkohol, es krim, campuran sosis dan lain sebagainya.

Secara pharmakologi, pemanfaatan jahe antara lain dipakai untuk karminatif (peluruh kentut), anti inflamasi, anti muntah, pereda kejang, anti mikroba dan parasit, anti piretik, anti pengerasan pembuluh darah, peluruh keringat, anti rematik, serta untuk merangsang pengeluaran getah lambung dan juga getah empedu.

4. SENTRA PENANAMAN JAHE

Di Indonesia banyak terdapat di seluruh wilayah yang ditanam di kebun dan di pekarangan. BUDIDAYA TANAMAN JAHE banyak terdapat di negara Indonesia, Jamaika, Jepang, Meksiko, Australia, Srilangka, Cina, Mesir, Yunani, India, Nigeria, Pakistan. Jahe yang diproduksi dari Jamaika memiliki kualitas tertinggi.

5. SYARAT PERTUMBUHAN JAHE

Syarat Tumbuh Jahe

1. Iklim

  • Curah hujan tanaman jahe adalah relatif tinggi, yaitu berkisar 2.500-4.000 mm/tahun.
  • Pada saat umur jahe 2,5 sampai 7 bulan atau lebih tanaman jahe membutuhkan sinar matahari. Dengan demikian dalam Budidaya Tanaman Jahe dilakukan di area yang terbuka sehingga memperoleh sinar matahari sepanjang hari. 
  • Suhu udara optimum yaitu 20-35°C. 

2. Media Tanam 

  • Tanaman jahe paling baik apabila ditanam di tanah yang subur, gembur dan juga kaya akan humus.
  • Tekstur tanah yg bagus adalah lempung berpasir, liat berpasir dan tanah laterik.
  • Budidaya jahe bisa tumbuh pada tingkat keasaman tanah antara 4,3-7,4. Namun tingkat keasaman tanah (pH) optimum untuk tanaman jahe gajah yaitu 6,8-7,0.

3. Ketinggian Tempat 

  • Jahe tumbuh secara baik di wilayah tropis dan subtropis dengan ketinggian 0-2.000 m dpl..
  • Di wilayah Indonesia biasanya jahe ditanam di ketinggian 200 - 600 m dpl.

6. PEDOMAN BUDIDAYA JAHE

bibit jahe

6.1. Pembibitan Jahe

1. Persyaratan Bibit : Bibit dalam budidaya jahe yang berkualitas itu yang bagaimana? yaitu harus terpenuhi syaratnya antara lain syarat mutu genetik, mutu fisiologik (% tumbuh yang tinggi), dan juga mutu fisik. Maksud dari mutu fisik adalah bibit bebas dari hama dan penyakit. Sehingga kriteria yang wajib dipenuhi antara lain meliputi: 

  • Bahan yang akan dipakai sebagai bibit diperoleh langsung dari kebun (bukan dari yang dijual dipasar).
  • Dipilih bahan bibit jahe dari tanaman yang (berumur antara 9-10 bulan). 
  • Dipilih dari tanaman yang sehat dan juga kulit rimpangnya mengalami lecet atau tidak terluka.

2. Teknik Penyemaian Bibit Jahe: Agar tanaman jahe tanaman jahe tumbuh serentak atau seragam, bibit jangan langsung ditanam namun sebaiknya terlebih dahulu dilakukan perkecambahan. Penyemaian bibit bisa dilakukan dengan menggunakan peti kayu atau dengan bedengan. 

  • Penyemaian pada peti kayu --> Langkahnya adalah rimpang jahe yg baru saja dipanen dilakukan penjemuran sementara (tdk sampai kering), kemudian disimpan antara1-1,5 bulan. Dengan menggunakan tangan, patahkan rimpang jahe tersebut di mana pada setiap potongan memiliki 3-5 mata tunas dan dijemur ulang selama 1/2-1 hari. Sesudahitu bahan bibit jahe yang sudah dipotong tsb dirapikan ke dalam karung yang beranyaman jarang, selanjutnya dicelupkan dlm larutan fungisida dan zat pengatur tumbuh sekitar 1 menit kemudian dilakukan pengeringan. Setelah itu dimasukkan kedalam peti kayu. Lakukan cara penyemaian dengan peti kayu sebagai berikut: pada bagian dasar peti kayu diletakkan bakal bibit selapis, selanjutnya di atasnya diberi abu gosok atau bisa juga memakai sekam padi, demikian seterusnya sehingga yang paling atas yaitu abu gosok atau sekam padi tersebut. Sesudah 2 s.d 4 minggu lagi, benih jahe tersebut sudah disemai.
  • Penyemaian pada bedengan : Membuat rumah penyemaian sederhana dengan ukuran 10 x 8 m untuk menanam bibit 1 ton (kebutuhan jahe gajah yang luasnya 1 ha). Pada rumah penyemaian tersebut dibuat bedengan yang terbuat dari tumpukan jerami yang tebalnya kira-kira 10 cm. Rimpang bakal bibit disusun pada bedengan jerami lalu ditutup jerami,dan di atasnya diberi rimpang kemudian diberi jerami pula, demikian seterusnya. Dengan demikian akan diperoleh selitar 4 susunan lapis rimpang dengan bagian atas yag berupa jerami. Perawatan bibit pada bedengan bisa dilakukan dengan melakukan penyiraman setiap hari, tidak lupa sesekali disemprot dengan fungisida. Sesudah 2 minggu, umumnya rimpang sudah bertunas. Bibit hasil seleksi tersebut kemudian dipatah-patahkan dengan memakai tangan dan untuk setiap potongan mempunyai 3-5 mata tunas dengan berat antara 40-60 gram.

3. Penyiapan Bibit : Kita harus memastikan bahwa bibit harus dibebaskan dari ancaman penyakit sebelum ditanam yaitu dengan cara bibit dimasukkan ke dalam karung dan dicelupkan ke dalam larutan fungisida sekitar 8 jam. Selanjutnya bibit dijemur 2-4 jam, barulah ditanam.

6.2. Pengolahan Media Tanam Jahe

1. Persiapan Lahan : Agar mendapatkan hasil produksi jahe yg optimal harus diperhatikan syarat-syarat tumbuhnya. Jika tingkat keasaman tanah yang ada tidak sesuai dengan keasaman tanah yang diperlukan oleh tanaman jahe, maka harus ditambah atau dikurangi keasaman dengan memanfaatkan kapur dolomit.

2. Pembukaan Lahan : Awal dari proses pengolahan tanah yaitu dengan dibajak dengan kedalaman sekitar 30 cm dengan tujuan untuk memperoleh kondisi tanah yang gembur atau remah dan menghilangkan tanaman pengganggu. Kemudian tanah didiamkan 2-4 minggu supaya gas-gas beracun menguap serta bibit penyakit dan hama menjadi mati karena terkena sinar matahari. Jika proses pengolahan pertama tanahnya blm juga gembur, maka dpt dilakukan pengolahan tanah yg kedua antara 2-3 minggu sblm tanam & sekaligus diberikan pupuk kandang dgn dosis 1.500-2.500 kg.

3. Pembentukan Bedengan : Pada wilayah yang keadaan air tanahnya kurang bagus dan sekaligus untuk mencegah terjadinya genangan air, sebaiknya tanah diolah menjadi bedengan-bedengan dengan ukuran tinggi 20-30 cm, lebar 80-100 cm, sedangkan anjangnya disesuaikan dgn keadaan lahan.

4. Pengapuran : Pada tanah dengan keasaman pH rendah, sebagian besar unsur-unsur hara didalamnya, terutama fosfor (p) dan calcium (Ca) dalam keadaan tidak tersedia atau sulit diserap. Keadaan tanah yang asam bisa menjadi media perkembangan beberapa jamur yang menjadi penyebab penyakit fusarium sp  dan pythium sp. Pengapuran juga memiliki manfaat untukmenambah unsur kalium yang sangat dibutuhkan tanaman jahe untuk mengeraskan bagian tanaman yang berkayu, merangsang tumbuhnya bulu-bulu akar, dinding sel buah menjadi tebal dan merangsang pembentukan biji. 

  • Derajat keasaman < 4 (paling asam): keperluan dolomit kira - kira > 10 ton/ha.
  • Derajat keasaman 5 (asam): keperluan dolomit kira-kira 5.5 ton/ha.
  • Derajat keasaman 6 (agak asam): keperluan dolomit kira - kira 0.8 ton/ha.

6.3. Teknik Penanaman.

1. Penentuan Pola Tanaman Jahe >> BUDIDAYA TANAMAN JAHE scr monokultur di suatu wilayah tertentu memang dinilai cukup rasional, sebab mampu memberikan produksi & produksi tinggi. 

Penanaman jahe secara sistem tumpangsari dengan tanaman yang lain memiliki keuntungan-keuntungan antara lain:

  • Meminimalkan kerugian yang dikarenakan oleh naik turunnya harga.
  • Menekan biaya kerja, misalnya biaya tenaga kerja untuk pemeliharaan tanaman.
  • Dapat meningkatkan produktivitas lahan.
  • Memperbaiki sifat fisik tanah akibat rendahnya pertumbuhan gulma (tanaman pengganggu). 
Prakteknya di lapangan, terdapat tanaman jahe yang ditumpangsarikan dengan sayur-sayuran, misalnya dengan tanaman ketimun, bawang merah, cabe rawit, buncis dan  lain sebagainya. Ada pula yang ditumpangsarikan dengan tanaman palawija, misalnya dengan tanaman jagung, kacang tanah dan beberapa kacang-kacangan.

2. Pembutan Lubang Tanam Jahe : Agar terhindar dari pertumbuhan yang jelek yang disebabkan karena kondisi air tanah yang buruk, maka sebaiknya tanah diolah menjadi bedengan-bedengan. Kemudian buat lubang-lubang kecil atau alur sedalam antara 3-7,5 cm untuk menanam bibit.

3. Cara Penanaman : Penanaman jahe dilakukan dgn cara melekatkan bibit rimpang scr rebah ke dlm lubang tanam atau alur yg sudah dipersiapkan.

4. Perioda Tanam : Penanaman jahe sebaiknya dilakukan di awal musim hujan yaitu sekitar bulan September dan bulan Oktober. Hal tersebut dimungkinkan sebab tanaman muda akan membutuhkan air cukup banyak untuk pertumbuhannya.

6.4. Pemeliharaan Tanaman

1. Penyulaman : Sekitar 2-3 minggu sesudah tanam, kita harus melihat rimpang apakah ada yang mati atau tidak. Jika ada harus segera dilaksanakan penyulaman supaya pertumbuhan bibit sulaman tersebut tidak jauh tertinggal dengan tanaman yang lainnya, sehingga membutuhkan bibit rimpang yang baik dan pemeliharaan yang benar.

2. Penyiangan : >>Penyiangan pertama dilakukan pd waktu jahe berumur sekitar 2-4 minggu terus diteruskan 3-6 minggu sekali. Hal tersebut tergantung pada kondisi tanaman pengganggu yang tumbuh. Akan tetapi sesudah tanaman jahe berumur 6-7 bulan, sebaiknya tidak perlu dilakukan penyiangan lagi, hal tersebut karena pada umur tersebut rimpangnya mulai besar.

3. Pembubunan : Tanaman jahe membutuhkan tanah yang sirkulasi udara dan airnya bisa berjalan dengan baik, untuk itu tanah harus digemburkan. Selain itu tujuan pembubunan yaitu untuk menimbun rimpang jahe yang kadang-kadang muncul ke atas permukaan tanah. Jika tanaman jahe masih muda, cukup tanah dicangkul tipis di sekeliling rumpun dengan jarak kurang lebih 30 cm. Pada bulan berikutnya bisa diperdalam dan diperlebar setiap kali pembubunan akan berbentuk gubidan dan sekaligus terbentuk sistem pengairan yang bermanfaat untuk menyalurkan kelebihan air. Pertama kali dilakukan pembumbunan pada saat tanaman jahe berbentuk rumpun yang terdiri dari 3-4 batang semu, bisanya pembubunan dilakukan 2-3 kali selama umur tanaman jahe. Akan tetapi tergantung kepada kondisi tanah dan banyaknya curah hujan.

4. Pemupukan :

  • Pemupukan Organik : Pada pertanian organik yang tidak memakai bahan kimia termasuk pupuk buatan & juga obat-obatan, maka pemupukan secara organik yaitu dengan memakai pupuk kompos organik atau pupuk kandang. Pemberian pupuk kompos organik dikerjakan pada awal tanam pada saat pembuatan guludan sebagai pupuk dasar kira - kira sekitar 60 – 80 ton per hektar yang ditebar & dicampur tanah olahan. Upaya utk menghemat pemakaian pupuk kompos dapat dilakukan dengan cara mengisi tiap-tiap lubang tanam di awal pertanaman sebanyak 0.5 – 1kg per tanaman. Pupuk sisipan selanjutnya dilakukan pada umur jahe 2 – 3 bulan, 4 – 6 bulan, & pada  8 – 10 bulan. Dosis pupuk sisipan yaitu 2 – 3 kg per tanaman jahe. Pemberian pupuk kompos ini umumnya dilakukan sesudah melakukan penyiangan & berbarengan dengan kegiatan pembubunan. 
  • Pemupukan Konvensional : Selain pupuk dasar (pada awal penanaman), pada budidaya tanaman jahe perlu dikasih pupuk susulan kedua (pada saat tanaman berumur 2-4 bulan). Pupuk dasar yang dipakai yaitu pupuk organik 15-20 ton/ha. Pemupukan tahap kedua memakai pupuk kandang & pupuk buatan (urea 20 gram/pohon; TSP 10 gram/pohon; & ZK 10 gram/pohon), serta K2O (112 kg/ha) pada tanaman yg berumur 4 bulan. Pemupukan juga diberikan pupuk nitrogen (60 kg/ha), P2O5 (50 kg/ha), & K2O (75 kg/ha). Pupuk P diberikan pada awal tanam, pupuk N & K diberikan pada awal tanam (1/3 dosis) & sisanya (2/3 dosis) diberikan pada saat tanaman berumur 2 bulan & 4 bulan. Pupuk diberikan dengan ditebarkan secara merata di sekitar tanaman atau dalam bentuk alur & ditanam di sela-sela tanaman.

5. Pengairan & Penyiraman : Dalam budidaya tanaman jahe tidak membutuhkan air yg terlalu banyak utk pertumbuhannya, namun pada awal masa tanam diusahakan penanaman pada awal musim hujan sekitar bulan September; 

6. Waktu Penyemprotan Pestisida : Penyemprotan pestisida sebaiknya kerjakan pada waktu penyimpanan bibit yg utk disemai & pada saat pemeliharaan. Penyemprotan pestisida pada fase pemeliharaan biasanya dicampur dengan pupuk organik cair atau vitamin-vitamin yg mendorong pertumbuhan jahe.

7. HAMA PENYAKIT TANAMAN JAHE

7.1. Hama Tanaman Jahe

Hama yang sering dijumpai dalam budidaya jahe adalah: 

  • Kepik, yaitu hama yang menyerang daun tanaman hingga berlubang-lubang.
  • Ulat penggesek akar, yaitu hama yang menyerang akar tanaman jahe sehingga menyebabkan tanaman jahe menjadi kering dan mati.
  • Kumbang. 

7.2. Penyakit Tanaman Jahe

1. Penyakit layu bakeri 

Gejala yang muncul yaitu: Awalnya helaian daun bagian bawah melipat & menggulung selanjutnya terjadi perubahan warna dari hijau menjadi kuning & akhirnya mengering. Kemudian tunas batang menjadi busuk & selanjutnya tanaman akan mati rebah. Jika diperhatikan, rimpang jahe yang sakit berwarna gelap & sedikit membusuk, apabila rimpang dipotong akan keluar lendir yang berwarna putih susu sampai kecoklatan. Penyakit layu bakeri menyerang tanaman jahe pada umur 3-4 bulan & yang paling berpengaruh yaitu faktor suhu udara yg dingin, adanya genangan air & kondisi tanah yang terlalu lembab. 

Pengendalian: 

  • jaminan kesehatan bibit jahe;
  • karantina tanaman jahe yang terserang penyakit;
  • pengendalian dengan pengolahan tanah yang baik;
  • pengendalian dengan menggunakan fungisida dithane M-45 (0,25%), Bavistin (0,25%)

2. Penyakit busuk rimpang

Penyakit ini bisa masuk ke bibit rimpang jahe lewat luka. Penyakit busuk rimpang akan tumbuh dengan baik pada suhu udara 20-25 derajat C & terus berkembang akhirnya menyebabkan rimpang menjadi busuk. 

Gejalanya : Daun bagian bawah yang berubah menjadi kuning kemudian layu & akhirnya tanaman menjadi mati.

Pengendalian: 

  • penggunaan bibit yang sehat; 
  • penerapan pola tanam yang baik;
  • penggunaan fungisida.

3. Penyakit bercak daun

penyakit bercak daun jahe

Penyakit ini bisa menular dengan bantuan angin, akan masuk lewat luka maupun tanpa luka.

Gejala yang mmucul : Pada daun yg bercak-bercak berukuran 3-5 mm, selanjutnya bercak-bercak itu berwarna abu-abu & ditengahnya terdapat bintik-bintik berwarna hitam, sedangkan pinggirnya busuk basah. Tanaman yg terserang dapat menjadi mati.

Pengendalian: baik tindakan pencegahan maupun penyemprotan penyakit bercak daun sama halnya dengan cara-cara yg dijelaskan di atas.

7.3. Gulma 

Gulma potensial pada budidaya tanaman jahe misalnya rumput teki, alang-alang, ageratum, & gulma berdaun lebar yang lainnya. 

7.4. Pengendalian hama/penyakit secara organik 

Pada pertanian organik yang tidak memakai bahan kimia namun memakai bahan yang ramah terhadap lingkungan, dalam pengendalian serangan terhadap hama dan penyakit biasanya dilakukan secara terpadu dan sering dikenal dengan nama PHT (Pengendalian Hama Terpadu) yang komponennya sebagai berikut:

  • Mengupayakan memilih bibit yang unggul dan terbebas dari hama & penyakit sehingga tanaman menjadi sehat.
  • Memanfaatkan secara optimal mungkin musuh-musuh alami haama dan penyakit
  • Memakai pengendalian fisik/mekanik yaitu dengan tenaga manusia.
  • Memakai teknik-teknik budidaya yang baik misalnya saja budidaya tumpang sari dengan pemilihan tanaman yang saling menunjang, serta rotasi tanaman pada setiap masa tanamnya untuk memutuskan rantai penyebaran hama & penyakit potensial.
  • Pemakaian pestisida, insektisida, herbisida alami yang ramah terhadap lingkungan dan tidak menimbulkan residu toksik baik pada bahan tanaman yang dipanen ataupun pada tanah. Pemakaiaan bahan ini hanya dalam kondisi darurat saja.

Beberapa tanaman yang bisa dipakai untuk pestisida nabati dan dipakai untuk pengendalian hama antara lain :

  • Tembakau (Nicotiana tabacum). Tanaman ini mengandung nikotin untuk insektisida kontak (sebagai fumigan atau racun perut). Aplikasinya yaitu untuk serangga kecil contohnya untuk Aphids.
  • Piretrum (Chrysanthemum cinerariaefolium) yang mengandung piretrin yang bisa dipakai untuk insektisida sistemik yang menyerang urat syaraf pusat. Untuk aplikasinya dengan semprotan. Aplikasi yaitu untuk serangga misalnya lalat rumah, nyamuk, kutu, hama gudang, dan juga lalat buah.
  • Tuba (Derris elliptica & Derris malaccensis) yang mengandung rotenone, dimanfaatkan untuk insektisida kontak yang diformulasikan dalam bentuk hembusan dan semprotan.
  • Neem tree atau mimba (Azadirachta indica) yang mengandung azadirachtin yang bekerjanya cukup selektif. Racun ini diaplikasikan terutama untuk serangga penghisap seperti wereng & serangga pengunyah seperti hama penggulung daun (Cnaphalocrocis medinalis). Bahan ini juga cukup efektif dalam penanggulangan serangan virus RSV, GSV dan Tungro.
  • Bengkuang (Pachyrrhizus erosus). Bijinya mengandung rotenoid yaitu pakhirizida yang bisa dimanfaatkan untuk insektisida & larvasida.
  • Jeringau (Acorus calamus). Rimpangnya mengandung komponen utama asaron dan umumnya dimanfaatkan sebagai racun serangga & juga pembasmi cendawan, serta hama gudang Callosobrocus. 

8. PANEN JAHE

panen jahe

  • Ciri dan Umur Panen : Umur tanaman jahe yang sudah dapat dipanen yaitu antara 10-12 bulan, dengan ciri-ciri warna daun berubah dari hijau menjadi kuning & batangnya mengering.
  • Cara Panen : Cara memanen yaitu tanah dibongkar secara hati-hati memakai alat garpu atau cangkul, diusahakan jangan sampai rimpang jahe terluka. Kemudian tanah & kotoran lainnya yang menempel di rimpang dibersihkan dan dicuci apabila diperlukan. Setelah itu jahe dijemur di atas papan atau daun pisang kira-kira selama 1 minggu. Tempat penyimpanan harus terbuka, tidak boleh lembab & menumpuk hasil panennya jangan terlalu tinggi tetapi agak disebar.
  • Periode Panen : Waktu panen jahe sebaiknya sebelum musim hujan, yaitu diantara bulan Juni – Agustus. Namun demikian jika tidak sempat melakukan pemanenan pada musim kemarau tahun pertama ini sebaiknya dilakukan pada musim kemarau tahun berikutnya. Pemanenan yang dilakukakn pada musim hujan, rimpangnya menjadi rusak sehingga akan menurunkan kualitas rimpang karena lebih banyak kadar airnya.
  • Perkiraan Hasil Panen : Produksi rimpang segar untuk klon jahe gajah berkisar antara 15-25 ton/hektar, sedangkan untuk klon jahe emprit atau jahe sunti berkisar antara 10-15 ton/hektar.

9. PASCAPANEN JAHE

Hal yang dilakukan pascapanen dalam budidaya jahe yaitu:

  • Penyortiran Basah & Pencucian : Sortasi pada bahan segar dilakukan untuk memisahkan rimpang dari kotoran berupa tanah, sisa tanaman, & juga gulma. 
  • Perajangan : Apabila perlu proses perajangan, lakukan dengan menggunakan pisau stainless steel & alasi bahan yg akan dirajang dengan talenan. Perajangan rimpang dilakukan melintang dengan ketebalan sekitar 5 mm – 7 mm.
  • Pengeringan : Pengeringan dapat dilakukan dengan memakai 2 cara, yaitu dengan sinar matahari atau alat pemanas/oven. dan pengeringan rimpang dilakukan selama 3 - 5 hari, atau setelah kadar airnya dibawah 8%.
  • Penyortiran Kering. : lakukan sortasi kering pada bahan yang sudah dikeringkan dengan cara memisahkan bahan-bahan dari benda-benda asing seperti kerikil, tanah atau kotoran-kotoran lain. 
  • Pengemasan : rimpang yang sudah kering kemudian dikumpulkan dalam wadah kantong plastik atau karung yg bersih & kedap udara (belum pernah dipakai sebelumnya).
  • Penyimpanan : Kondisi gudang harus dijaga supaya tidak lembab & suhu tidak tidak boleh di atas 30 ° C. Gudang harus mempunyai ventilasi baik & lancar, tidak bocor, terhindar dari kontaminasi bahan lain yang menurunkan kualitas bahan yg bersangkutan, mempunyai penerangan yang cukup, bersih & terbebas dari hama gudang.

Demikian artikel yang berjudul BUDIDAYA Tanaman JAHE (Lengkap) yang semoga bermanfaat. Teman teman dapat mengakses tentang berbagai budidaya tanaman di link : Artikel Budidaya Tanaman


Artikel www. Aanwijzing.com : Ayo membaca...!!! Lainnya :

Copyright © 2016 Aanwijzing.com | Google.com | Google.co.id | Design by Bamz | Powered by Blogger.