√ Budaya Lokal di Indonesia (Pelajaran Antropologi SMA/ MA Kelas XI)


Artikel yang terkait dengan judul :√ Budaya Lokal di Indonesia (Pelajaran Antropologi SMA/ MA Kelas XI)

Budaya Lokal di Indonesia (Pelajaran Antropologi SMA/ MA Kelas XI) √ Budaya bangsa yang merupakan perwujudan dari cipta, rasa, karsa, dan karya bangsa Indonesia yang berlandaskan pada nilai - nilai luhur bangsa yang berdasarkan Pancasila, bercirikan Bhineka Tunggal Ika dan berwawasan nusantara, harus selalu diusahakan agar senantiasa menjiwai perilaku masyarakat dan pelaksana pembangunan, serta untuk membangkitkan sikap kesetiakawanan dan tanggung jawab sosial dan disiplin serta semangat untuk tidak mudah untuk menyerah. Kebudayaan nasional yang merupakan puncak - puncak kebudayaan daerah wajib mengangkat nilai budaya daerah yang luhur, menyaring dan menyerap nilai yang berasal dari budaya luar yang positif dan juga sekaligus wajib untuk menolak terhadap nilai budaya yang merugikan pembangunan dalam usaha menuju ke arah kemajuan adab dan mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa Indonesia.

Budaya Lokal di Indonesia (Pelajaran Antropologi SMA/ MA Kelas XI)

Daftar Isi
Budaya Lokal di Indonesia
Bangsa Indonesia dikenal dengan mansyarakatnya yang mempunyai kebudayaan yang bermacam-macam atau beraneka ragam. Di setiap daerah, masyarakat kita mengembangkan kebudayaan masing-masing. Selanjutnya kebudayaan yang dikembangkan di daerah-daerah tersebut dikenal dengan sebutan kebudayaan lokal. Kebudayaan-kebudayaan lokal yang berkembang di Indonesia misalnya:

1. Kebudayaan suku bangsa Batak

Budaya Lokal di Indonesia Suku Batak

a. Sistem Kepercayaan/Religi

Agama yang terdapat di daerah Batak antara lain: agama Islam, agama Katolik, dan juga agama Kristen Protestan. Walaupun demikian, konsep-konsep atas kepercayaan atau religi purba masih ada, terutama di daerah pedesaan. Sumber utama untuk mengetahui sistem kepercayaan dan religi purba tersebut yaitu buku pustaka yang terbuat dari kayu dan ditulis dengan menggunakan huruf Batak. Buku tersebut memuat mengenai konsep-konsep tentang pencipta, jiwa, roh, dan juga tentang dunia akhirat.

b. Sistem Kekerabatan

Perkawinan di masyarakat Batak adalah suatu pranata yang tidak cuma mengikat seorang laki-laki dengan seorang perempuan saja. Perkawinan pada masyarakat batak juga mengikat kaum kerabat laki-laki (paranak dalam bahasa Toba, si pempokan dalam bahasa Karo) dengan kaum kerabat perempuan (parboru dalam bahasa Toba, sinereh dalam bahasa Karo). Menurut adat lama di masyarakat Batak, anak laki-laki tidak bebas dalam memilih jodohnya. Pernikahan/perkawinan antara orang - orang rimpal (marpariban bahasa Toba) yaitu merupakan suatu pernikahan dengan anak perempuan dari saudara laki - laki ibunya (cross cousin) dianggap sebagai suatu perkawinan yang ideal.

Sistem kekerabatan masyarakat Batak yaitu sistem patrilineal, yang berdasarkan pada satu ayah, satu kakek atau satu nenek moyang. Dalam masyarakat Batak hubungan berdasarkan pada satu ayah disebut sebagai sada bapa (bahasa Karo) atau saama (bahasa Toba). Untuk kelompok kekerabatan terkecil adalah keluarga batih (keluarga inti, yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak) yang disebut jabu, dan ripe dipakai untuk keluarga luas yang virilokal (tinggal di rumah keluarga pihak laki-laki). Dalam suku Batak, banyak terdapat pasangan yang telah kawin tetap tinggal bersama dengan orang tuanya. Adapun untuk perhitungan hubungan yang didasarkan pada satu kakek atau satu nenek moyang dinamakan sada nini (di masyarakat Karo) dan saompu (di masyarakat Toba). Keluarga sada nini atau saompu merupakan klan kecil.

Adapun untuk klan besar pada masyarakat Batak yaitu merga (dalam bahasa Karo) atau marga (dalam bahasa Toba).

c. Sistem Politik

Yang dimaksud dengan sistem politik di sini yaitu sistem pemerintahan dan kepemimpinan. Di masyarakat Batak, sistem kepemimpinan di bagi menjadi tiga bidang antara lain.

1) Kepemimpinan di Bidang Adat
Kepemimpinan di bidang adat meliputi: perkawinan dan perceraian, penyelesaian perselisihan, kelahiran, kematian, warisan, dan lain-lain. Kepemimpinan di bidang adat ini tidak berada dalam
tangan seorang tokoh, namun berupa musyawarah Dalihan Na Tolu (Toba) & Sangkep Sitelu (Karo). Pada praktek pelaksanaan musyawarah adat, sidang (ninggem) dipimpin oleh Suhut. Yang dimaksud dengan suhut yaitu orang yang mengundang para pihak kerabat dongan sabutuha, hula-hula, dan boru dalam Dalikan Na Tolu. Keputusannya adalah merupakan hasil musyawarah dengan kerabat-kerabat tersebut.

2) Kepemimpinan di Bidang Agama
Pada masyarakat Batak, kepemimpinan dalam bidang agama berkaitan erat dengan perdukunan dan roh nenek moyang serta kekuatan-kekuatan gaib. Guru sibaso adalah sebutan untuk pemimpin keagamaan.

3) Kepemimpinan di Bidang Pemerintahan
Pada masyarakat batak, kepeimpinan di bidang pemerintahan dipegang oleh salah satu keturunan dari merga taneh. Oleh karena itu, faktor tradisi masih melekat pada pemilihan pemimpin pemerintahan. Tugas dari pemimpin pemerintahan, adalah menjalankan pemerintahan sehari - hari. Pada saat sekarang ini, masyarakat Batak selalu mencari orang yang dianggap mamempunyai kapasitas dan memahami segala persoalan yang ada dalam masyarakat.

d. Sistem Ekonomi

Mata pencaharian atau sistem ekonomi yang dilakukan oleh masyarakat Batak adalah dengan melakukan cocok tanam di sawah, ada pula yang di ladang seperti masyarakat Karo, Simalungun, dan juga Pakpak. Di masyarakat Batak terdapat sistem gotong-royong dalam bertani, dan dalam bahasa Karo dinamakan raren, sedangkan di dalam bahasa Toba dinamakan marsiurupan. Bentuk gotong royong dilakukan yaitu dengan mengolah tanah secara bersama-sama dengan tetangga atau dengan kerabat dekat. Peralatan yang dipakai misalnya cangkul, bajak (Bahasa Karo disebut tenggala, sedangkan dalam bahasa Toba dinamakan luku), dan tongkat tugal (engkol sebutan di dalam bahasa Karo). Bajak
umumnya ditarik dengan  memanfaatkan tenaga sapi/kerbau, sabit (sabi-sabi dalam bahasa Toba) digunakan untuk memotong padi, ada pula yang menggunakan ani-ani. Hewan yang diternak dalam masyarakat Batak, misalnya kerbau, sapi, babi, kambing, ayam, dan juga bebek. Babi pada umumnya untuk dikonsumsi dan juga dipakai dalam upacara adat batak. Di Pulau Samosir tepi Danau Toba, menangkap ikan dilakukan intensif dengan perahu lesung (Solu) dan hasil tangkapannya dijual ke kota.

e. Sistem Kesenian

1) Seni Bangunan
Rumah adat Batak dinamakan ruma/jabu (bahasa Toba) adalah merupakan kombinasi seni pahat ular serta kerajinan. Ruma akronim Ririt di Uhum Adat yang artinya sumber hukum adat dan sumber pendidikan masyarakat Batak. Ruma berbentuk panggung yang terdiri atas tiang rumah yang berupa kayu bulat, tiang yang paling besar disebut tiang persuhi. Tiang-tiang tersebut berdiri di setiap sudut di atas batu sebagai pondasi yang dinamakan batu persuhi. Bagian badan terbuat dari papan tebal, sebagai dinding muka belang, kanan dan kiri, dinding muka belakang penuh ukiran cicak. Atap dibagian barat & timur menjulang ke atas dan terdapat tanduk kerbau yang merupakan lambang pengharapan.

2) Seni Tari
Tari yang terkenal dari masyarakat Batak, adalah tari tor-tor yang mana tari tor-tor terdiri dari beberapa jenis. Untuk jenis tari tor-tor adalah sebagai berikut.
a) Pangurdot, yaitu anggota badan yang bergerak hanya kaki, tumit, hingga bahu.
b) Pangeal, yaitu anggota badan yang bergerak hanya pinggang, tulang punggung, dan juga bahu.
c) Pandenggal, yaitu anggota badan yang bergerak hanya lengan, telapak tangan sampai jari tengah.
d) Siangkupna, yaitu anggota badan yang bergerak hanya leher.
e) Hapunana, yaitu anggota badan yang bergerak hanya wajah.

3) Seni Musik
Seni musik suku bangsa Batak yaitu ogung sabangunan. Peralatan yang dipakai adalah empat gendang dan lima taganing (sejenis gamelan Batak). Nama-nama gendang ogung, yaitu oloan, ihutan,
doal, dan juga jeret.

Aneka macam tari tor-tor yang diiringi ogung sabangunan antara lain:
a) Tor-tor/gondang mula-mula, yaitu dilakukan dengan menyembah berputar ke arah mata angin.
b) Tor-tor/gondang mangido pasu-pasu, yaitu dilakukan dengan tangan menari artinya petuah, nasihat, dan amanat orang tua.
c) Tor-tor/gondang liat-liat, yaitu dilakukan dengan menari berkeliling artinya keluarga mendapat kebahagiaan.
d) Tor-tor/gondang hasahatan, yaitu dilakukan dengan menari di tempat artinya petuah/rahmat Tuhan
YME.

4) Seni Kerajinan
Kain ulos merupakan kerajinan suku bangsa Batak yang terkenal. Peranan ulos untuk masyarakat Batak sejak lahir sampai dengan meninggal sangat tinggi. Macam-macam ulos dan fungsinya dalam suatu acara, antara lain:
a) ulos lobu-lobu yaitu ulos yang diberikan ayah kepada putra & menantu pada saat pernikahan;
b) ulos hela yaitu ulos yang diberikan orang tua pengantin perempuan;
c) ulos tondi yaitu ulos yang diberikan orang tua kepada putrinya pada saat hamil tua;
d) ulos tujung yaitu ulos yang diberikan kepada janda atau duda.
e) ulos saput yaitu ulos penutup jenazah yang diberikan paman almarhum apabila yang meninggal laki-laki;

2. Kebudayaan suku bangsa Minangkabau

Budaya Lokal di Indonesia Minangkabau

a. Sistem Kepercayaan/Religi

Sebagian besar masyarakat Minangkabau memeluk agama Islam. Masyarakat Minangkabau yang tinggalnya di daerah pedesaan percaya akan adanya hantu, seperti adanya kuntilanak, perempuan  yang menghirup ubun-ubun bayi dari jauh, dan juga menggasing (santet), yaitu menghantarkan racun melalui udara. Upacara-upacara dalam adat Minangkabau antara lain:
1) upacara Tabuik yaitu upacara peringatan kematian Hasan & Husain di Padang Karabela;
2) upacara Kitan dan Katam berkaitan dengan lingkaran hidup manusia, seperti:
  • upacara Turun Tanah/Turun Mandi yaitu upacara bayi menyentuh tanah untuk yang pertama kalinya.
  • upacara Kekah yaitu upacara memotong rambut bayi untuk yang pertama kalinya.
3) Upacara selamatan orang meninggal untuk hari ke-7, ke-40, ke-100, dan juga ke-1000.

b. Sistem Kekerabatan

Sistem matrilineal (garis keturunan ibu) merupakan sistem kekerabatan yang dipakai dalam masyarakat Minangkabau, sehingga dengan demikian sistem kekerabatan akan memerhitungkan dua generasi di atas ego laki-laki dan satu generasi di bawahnya. Urutannya seperti yang berikut ini.
  • Ibunya ibu.
  • Saudara perempuan & laki-laki ibunya ibu.
  • Saudara laki-laki ibu.
  • Anak laki-laki, perempuan saudara perempuan ibu ibunya ego.
  • Saudara laki-laki & perempuan ego.
  • Anak laki-laki & perempuan saudara perempuan ibu.
  • Anak laki-laki & perempuan saudara perempuan ego.
  • Anak laki-laki & perempuan anak perempuan saudara perempuan ibunya ibu.
Kesatuan keluarga kecil seperti yang seperti di atas disebut paruik, pada sebagian masyarakat ada kesatuan yang disebut kampueng yang memisahkan paruik dengan suku. Kepentingan keluarga diurus oleh laki-laki yang bertindak sebagai niniek mamak. Untuk urusan jodoh, masyarakat Minangkabau memilih dari luar suku, namun pola itu sekarang mulai hilang. Bahkan karena adanya pengaruh dunia modern, perkawinan endogami lokal tidak lagi dipertahankan.

c. Sistem Politik

Kepala suku masyarakat Minangkabau dikenal dengan sebutan penghulu, dubalang, dan manti. Dubalang mempunyai tugas untuk menjaga keamanan kampung, sedangkan manti berkaitan dengan tugas-tugas keamanan.
Kesatuan dari beberapa kampung disebut sebagai nagari. Sistem pemerintahannya dekelompokkan menjadi dua, yaitu :
1) Laras Bodi-Caniago berkaitan dengan tokoh Datuek Parapatiek nan Sabatang.
2) Laras Koto-Piliang berkaitan dengan tokoh Datuek Katumenggungan.
Dalam sistem pemerintahan Laras Bodi-Caniago menunjukkan sistem yang demokratis, sebab musyawarah selalu lebih diutamakan.

d. Sistem Ekonomi

Pada umumnya, mata pencaharian masyarakat Minangkabau yaitu sebagai petani. Untuk masyarakat yang berada di pinggir laut, mata pencaharian utamanya yaitu menangkap ikan. Seiring dengan adanya perkembangan zaman, tidak sedikit masyarakat Minangkabau yang mengadu nasib ke kota-kota besar. Selain itu, masyarakat Minangkabau juga banyak yang menjadi perajin. Adapun kerajinan yang dihasilkan yaitu berupa kain songket. Hasil kerajinan itu adalah merupakan cenderamata khas dari Minangkabau.

e. Sistem Kesenian

1) Seni Bangunan

Rumah gadang adalah merupakan rumah adat Minangkabau. Rumah gadang terdiri dari biliek yang berfungsi sebagai ruang tidur, dan didieh yang berfungsi sebagai ruang tamu. Ciri utama rumah gadang yaitu bentuk lengkung pada atapnya yang disebut gonjong yang artinya tanduk rebung. Antara atap dan lantai terdapat pegu. Di desa Balimbing lebih kurang 10 km dari timur kota Batu Sangkar banyak ditemui rumah gadang yang umurnya mencapai 300 tahun.

2) Seni Tari

Seni tari yang ada di Minangkabau misalnya tari silat kucing dan tari silat tupai malompek yang masih ditemui di wilayah Payakumbuh. Lagu yang dipakai dalam tari tersebut adalah Cak Din Din, Pado-Pado, Siamang Tagagau, Si Calik Mamenjek, Capo, & Anak Harimau dalam Gauang. Selain itu juga terdapat tari piring, tari Lilin, tari payung, dan juga tari serampang dua belas.

3) Seni Musik

Alat-alat musik tradisonal masyarakat Minangkabau yaitu saluang dan talempong. Saluang biasa disebut dengan seruling, sedangkan talempong hampir sama dengan gamelan yang dibunyikan dengan pemukul.

4) Seni Sastra

Seni sastra yang berkembang di masyarakat Minangkabau dan pada umumnya yaitu seni sastra pantun yang berupa nasihat.

3. Kebudayaan Jawa

Budaya Lokal di Indonesia Suku Jawa

a. Sistem Kepercayaan/Religi

Mayoritas agama yang dianut di masyarakat suku bangsa Jawa yaitu Islam. Selain islam juga terdapat penganut agama Kristen, Katolik, Hindu, dan juga Buddha. Masyarakat Jawa mempercayai bahwa hidup diatur oleh alam, maka masyarakat jawa akan bersikap nrimo (pasrah). Masyarakat Jawa percaya terhadap keberadaan arwah/roh leluhur dan juga makhluk halus seperti halnya lelembut, tuyul, demit, dan jin. Selamatan merupakan upacara makan bersama yang sudah diberi doa sebelumnya. Terdapat empat selamatan di Jawa, antara lain:
  • Selamatan lingkaran hidup manusia, terdiri dari: hamil tujuh bulan, potong rambut pertama, kematian, dan juga kelahiran.
  • Selamatan bersih desa, upacara sebelum dan sesudah panen.
  • Selamatan yang berkaitan dengan hari-hari/bulan-bulan besar Islam.
  • Selamatan yang berkaitan dengan peristiwa khusus, perjalanan jauh, ngruwat, dan menempati rumah yang baru.
Jenis selamatan kematian, terdiri dari: nelung dina (tiga hari), mitung dina (tujuh hari), matang puluh dina (empat puluh hari), nyatus (seratus hari), dan juga nyewu (seribu hari).

b. Sistem Kekerabatan

Sistem kekerabatan untuk suku bangsa Jawa yaitu bilateral (garis keturunan ayah dan ibu). Pada sistem kekerabatan masyarakat Jawa, dipakai bereapa istilah, antara lain:
1) bapak/rama sebutan untuk orang tua laki-laki.
2) simbok/ biyung sebutan untuk orang tua perempuan.
3) kang mas, kakang mas sebutan untuk kakak laki-laki.
4) mbakyu sebutan kakak perempuan.
5) adhi, dhimas, dik, atau le sebutan untuk adik laki-laki.
6) ndhuk, denok, atau di sebutan untuk adik perempuan.

Pada masyarakat Jawa, istilah-istilah tersebut di atas adalah tata cara sopan santun dalam pergaulan yang harus diterapkan pada kehidupan sehari-hari. Jika melanggar nasihat dari orang tua akan sengsara atau disebut juga kuwalat.

c. Sistem Politik

Desa di Jawa dinamakan kelurahan yang dikepalai oleh seorang lurah. Dalam pekerjaannya lurah dan pembantu-pembantunya memiliki tugas pokok memelihara keamanan desa.
Pembantu-pembantu lurah, misalnya:
1) carik: pembantu umum/sekretaris desa,
2) sosial: memelihara kesejahteraan penduduk,
3) kaum: mengurusi soal nikah, rujuk, talak, dan kematian.

d. Sistem Ekonomi

Mata pencaharian utama masyarakat jawa adalah bertani yang dilakukan di ladang dan sawah. Selain bidang pertanian, masyarakat Jawa juga melakukan usaha sambilan, misalnya mencetak batu
bata, membatik, tukang kayu, dan juga menganyam tikar.

e. Sistem Kesenian

1) Seni Tari

Tarian-tarian di Jawa bermacam - macam, antara lain:
a) Tari tayuban adalah tarian untuk meramaikan suasana pada suatu acara, misalnya pada acara khitanan dan perkawinan. Penari tayuban terdiri atas beberapa perempuan.
b) Tari reog dari Ponorogo. Penari utamanya memakai topeng.
c) Tari serimpi merupakan tari yang bersifat sakral dengan irama lembut.
d) Tari gambyong.
e) Tari bedoyo.

2) Seni Musik

Gamelan adalah seni musik Jawa yang terkenal. Gamelan terdiri dari gambang, bonang, gender, saron, rebab, seruling, kenong, dan juga kempul.

3) Seni Pertunjukan
Seni pertunjukan yang terkenal yaitu wayang. Selain itu juga terdapat kethoprak, ludruk, dan juga kentrung.

Baca juga : Keberaganan Budaya di Indonesia

Demikian artikel Antropologi yang jerjudul Budaya Lokal di Indonesia (Pelajaran Antropologi SMA/ MA Kelas XI) yang semoga bermanfaat.

SELENGKAPNYA tentang ANTROPOLOGI Kelas 9 ada di >> ANTROPOLOGI Materi Pelajaran Untuk Kelas XI SMA dan MA

Artikel www. Aanwijzing.com : Ayo membaca...!!! Lainnya :

Copyright © 2016 Aanwijzing.com | Google.com | Google.co.id | Design by Bamz | Powered by Blogger.