Jamur (Fungi) : Ciri-ciri dan Klasifikasi Jamur (Materi Pelajaran Biologi SMA/ MA Kelas 10)


Artikel yang terkait dengan judul :Jamur (Fungi) : Ciri-ciri dan Klasifikasi Jamur (Materi Pelajaran Biologi SMA/ MA Kelas 10)

Jamur (Fungi) : Ciri-ciri dan Klasifikasi Jamur (Materi Pelajaran Biologi SMA/ MA Kelas 10) ✓ Jika kita memperhatikan tempe terdapat anyaman putih yang merekatkan kedelai yang satu dengan yang lainnya. Anyaman putih tersebut yang dinamakan jamur. Banyak para ahli yang mempelajari jamur, namun perlu diteliti lebih mendalam. Jamur memiliki bentuk kehidupan yang istimewa, sangat menarik untuk dipelajari. Oleh karenanya, fungi ditempatkan pada kingdom yang tersendiri. Setelah kita belajar mengenai bab ini, diharapkan kita dapat lebih memahami tentang jamur (fungi) dan bisa mendeskripsikan tentang ciri-ciri dan jenis-jenis jamur serta peranannya.
Fungi

Daftar Isi

A. Ciri-Ciri Jamur
B. Klasifikasi Jamur

A. Ciri-Ciri Jamur

struktur jamur
Jamur termasuk dalam organisme eukariotik sebab sel penyusunnya sudah mempunyai membran inti. Sel jamur juga mempunyai dinding sel dari bahan kitin (chitine) yang merupakan polimer karbohidrat mengandung nitrogen. Zat tersebut juga ada pada eksoskeleton hewan arthropoda, misalnya pada laba-laba dan juga serangga. Sifat dari senyawa kitin adalah kuat, namun fleksibel. Hal tersebut  berbeda dengan tumbuhan umum yang dinding selnya terdiri dari selulosa & memiliki sifat kaku. Pada umumnya jamur adalah suatu organisme bersel banyak (multiseluler), namun terdapat juga jamur yang bersel tunggal (uniseluler), contohnya adalah jamur ragi tape (Saccharomyces sp) . Tubuh dari jamur bersel banyak terdiri dari benang-benang halus yang dikenal dengan sebutan hifa. Sedangkan kumpulan hifa jamur membentuk suatu anyaman yang disebut sebagai miselium. Untuk jamur multiseluler yang hifanya tidak bersekat (asepta), inti selnya tersebar di dalam sitoplasma dan berinti banyak. Jamur jenis seperti ini disebut jamur senositik (coenocytic). Sedang yang bersekat biasanya berinti satu dan disebut sebagai jamur monositik (monocytic). Bentuk dari jamur mirip dengan tumbuhan, namun jamur tidak memiliki daun dan akar sejati. Selain itu juga jamur tidak mempunyai klorofil, dengan demikian jamur tidak mampu melakukan proses fotosintesis. Sehingga jamur merupakan organisme heterotrop, yaitu suatu organisme yang cara dalam mendapatkan makanannya dengan mengabsorbsi nutrisi dari lingkungan sekitarnya atau substratnya. Pada saat jamur sebelum melakukan penyerapan makanan yg masih berupa senyawa kompleks, jamur mensekresikan enzim hidrolitik ekstraseluler atau ferment utk menguraikannya lebih dahulu di luar selnya. Jamur ada yang hidup sebagai parasit, dan ada juga yang sifatnya sebagai saprofit. Selain dari pada itu, terdapat juga yang bersimbiosis dengan organisme yang lain secara mutualisme. Sebagai jamur parasit, maka akan mengambil secara langsung makanan dari inangnya. Jamur jenis ini mempunyai haustorium, yaitu hifa khusus untuk menyerap makanan yang langsung dari inangnya. Sebagai jamur saprofit, jamur akan mengambil makanan dari sisa-sisa organisme lain yang sudah mati. Jamur yang bersimbiosis, melakukan pengambilan nutrisi yang berupa zat organik dari organisme yg lain dan organisme itu memperoleh zat tertentu yang bermanfaat dari jamur tersebut. Perkembangbiakan jamur dapat secara aseksual dan juga secara seksual. Walaupun demikian, perkembangbiakan jamur secara seksual lebih mendominasi sebab dilakukan oleh hampir seluruh jamur tersebut.

B. Klasifikasi Jamur

Para ahli biologi menduga bahwa di seluruh dunia terdapat kira - kira 1,5 juta spesies jamur. Diantaranya baru kira - kira 100.000 spesies jamur yang sudah diketahui. Penggolongan jamur secara filogenetik dapat digolongkan ke dalam 4 divisio, antara lain Chytridiomycota, Zygomycota, Ascomycota, dan Basidiomycota .

1. Chytridiomycota

Divisio Chytridiomycota sering kali dianggap sebagai bentuk peralihan antara divisio Protista dengan divisio Jamur. Namun, para ahli sistematika molekuler yang membandingkan urutan protein dan urutan asam nukleat divisio ini dengan jamur, sudah menemukan bukti bahwa Chytridiomycota termasuk ke dalam golongan jamur. Sebagian besar Chytridiomycota adalah organisme akuatik, beberapa di antaranya sifatnya adalah saprofitik dan parasit pada invertebrata akuatik. Ciri utama divisio Chytridiomycota yaitu nutrisi yang absorbtif dan dinding selnya tersusun dari senyawa chitin, mempunyai hifa senositik dan bereproduksi dengan cara membentuk zoospora berflagel. Sebagai contohnya adalah: Chytridium.

2. Zygomycota

Terdapat kira - kira sekitar 600 spesies jamur sudah diidentifikasi masuk ke dalam divisio Zygomycota. Sebagian besar dari mereka merupakan organisme darat yang hidup di tanah atau pada tumbuhan dan hewan yang telah membusuk. Di antara dari mereka ada yang membentuk mikorhiza, yaitu asosiasi saling menguntungkan antara jamur - jamur dari divisio ini dengan tumbuhan tinggi. Tubuh Zygomycota tersusun dari hifa senositik. Septa cuma ditemukan pada hifa bagian tubuh yang membentuk alat reproduksi saja. Reproduksi seksualnya dengan cara peleburan gamet yang membentuk zigospora. Sebagai contohnya adalah Rhizopus stoloniferus.
Rhizopus stoloniferus
Jamur tersebut hidup sebagai pengurai dari sisa organik atau parasit pada tanaman ubi jalar. Terdapat juga yang bisa menyebabkan kerusakan pada bahan makanan seperti halnya pada roti, nasi, wortel, jambu dan lain sebagainya. Walaupun demikian ada yang bisa dimanfaatkan dalam proses fermentasi bahan makanan (dalam pembuatan tempe) & asam - asam organik yang memiliki manfaat untuk kita.

Rhizopus stoloniferus bisa berkembang biak secara aseksual. Prosesnya diawali dengan spora yang berkecambah tumbuh menjadi hifa senositik yang bercabang - cabang, kemudian pada empat hifa tertentu akan tumbuh sporangium yang disangga oleh sporangiofor. Di dalam sporangium tersebut terbentuk spora aseksual dalam jumlah yang cukup besar. Kumpulan dari sporangiofor ditopang oleh rizoid yang menyerap makanan & air dari substratnya. Hifa di antara 2 kumpulan sporangiofor yang dinamakan stolon. Dinding sporangium yang sangat rapuh luluh pada saat spora menjadi matang. Sesudah sporangium pecah, spora akan bertebaran dibawa angin. Di tempat yang cocok, spora tersebut akan berkecambah. Sebagai contoh lain Zygomycotina yaitu Mucor mucedo . Jamur ini hidup saprofit misalnya saja terdapat pada roti atau kotoran hewan. Jamur tersebut mempunyai keturunan diploid yang lebih singkat dari Rhizopus  pylobolus yang sering ditemukan tumbuh di kotoran kuda memiliki sporangium yang bisa menunjukkan gerak fototropi, yaitu suatu gerak tumbuh membengkoknya sporangium ke arah datangnya cahaya.

3. Ascomycota

Spesies Ascomycota lebih dari 600.000 sudah dideskripsikan. Tubuh jamur ini terdiri dari miselium dengan hifa bersepta. Biasanya jamur dari divisio hidup di habitat air yang bersifat sebagai saproba atau patogen untuk tumbuhan. Namun, banyak juga yang hidup bersimbiosis dengan ganggang membentuk Lichenes (lumut kerak). Adapun ciri khas Ascomycota yaitu cara perkembangbiakan seksualnya dengan membentuk askospora. Sedangkan, reproduksi aseksual terjadi dengan membentuk konidium yang mana konidium ini bisa berupa kumpulan spora tunggal atau berantai. Konidium merupakan hifa khusus yang terdapat pada bagian ujung hifa penyokong yang disebut konidiofor. Di antara Ascomycota terdapat yang bersel tunggal, bersel banyak membentuk miselium dan ada pula yang membentuk tubuh buah. Berikut beberapa contohnya :
a). Bersel satu Saccharomyces cerevisiae, biasa dikenal dengan sebutan ragi atau yeast.
b). Bersel banyak membentuk miselium
  • Aspergillus oryzae , bermanfaat untuk melunakkan adonan roti.
  • A. wentii , bermanfaat dalam pembuatan kecap.
  • Penicillium notatum , P.chrysogeum menghasilkan antibiotik penisilin.
  • Neurospora crassa  di dapat dari oncom merah atau tongkol jagung rebus, dipakai untuk penelitian sitogenetika. 
c ) Membentuk tubuh buah
Xylaria dan Nectaria, tubuh buah besar, hidup saprofit di kayu yang sudah membusuk. Dari berbagai pengamatan yang telah dilakukan terhadap jamur tidak semuanya bisa diketahui cara reproduksi seksualnya. Untuk jamur-jamur yang seperti ini untuk sementara dikelompokkan ke dalam Deuteromycota (Fungi Imperfecti = Jamur tidak sempurna). Apabila pada suatu waktu diketahui fase seksualnya, maka jamur tersebut akan digolongkan sesuai dengan alat perkembangbiakan seksualnya. Sebagai contohnya adalah jamur Monilia sithophila (jamur oncom), setelah diketahui fase seksualnya membentuk askospora, maka dikelompokkan ke dalam Divisio Ascomycoya dan diberi nama Neurospora sithophila.

a. Genus Saccharomyces
Jamur ini tidak mempunyai hifa seperti halnya jamur yang lainnya. Tubuhnya terdiri dari sel bulat atau oval. Spesies yang paling terkenal dari genus Saccharomyces yaitu jenis Saccharomyces cerevisiae . Sel-sel Saccharomyces cerevisiae bisa bertunas oleh karenanya akan membentuk rantai sel yang menyerupai hifa atau hifa semu. Perkembangbiakan Saccharomyces cerevisiae bisa secara seksual ataupun aseksual. Perkembangbiakan aseksual dimulai dengan menonjolnya dinding sel ke luar membentuk tunas kecil. Tonjolan membesar & sitoplasma mengalir ke dalamnya, membuat sel menyempit di bagian dasarnya. Kemudian nukleus dlm sel induk membelah secara mitosis & satu anak inti bergerak ke dalam tunas tadi. Sel anak selanjutnya memisahkan diri dari induknya atau membentuk tunas lagi sampai dengan membentuk koloni. Dalam kondisi optimum satu sel bisa membentuk koloni dengan 20 kuncup. Perkembangbiakan seksual terjadi apabila kondisi atas lingkungan tidak menguntungkan. Pada prosesnya, sel Saccharomyces cerevisiae mempunyai fungsi sebagai askus. Nukleusnya yang diploid (2n) membelah secara meiosis, membentuk 4 sel haploid (n). Inti - inti haploid tsb akan dilindungi oleh dinding sel shg akan membentuk askospora haploid (n). Dengan perlindungan tersebut askospora lebih tahan terhadap lingkungan yang buruk. Kemudian, empat askospora akan tumbuh dan menekan dinding askus hingga pecah, dan akhirnya spora menyebar. Apabila spora jatuh pada tempat yang cocok, sel-sel baru akan tumbuh membentuk tunas, sebagaimana terjadi pada fase aseksual. Sehingga Saccharomyces cerevisiae mengalami fase diploid (2n) dan fase haploid (n) dalam daur hidupnya.

Saccharomyces cerevisiae , memiliki fungsi yang penting untuk kehidupan manusia. Jamur tersebut dimanfaatkan dalam proses fermentasi pada pembuatan tape roti, dan pembuatan minuman beralkohol. Untuk reaksi fermentasi yang umum melibatkan Saccharomyces cerevisiae adalah seperti yang berikut ini:
rumus fermentasi
Pada pembuatan minuman yang beralkohol, kadar alkohol yang terjadi dibatasi oleh penghambatan aktivitas khamir pada kadar yang berbeda, yaitu 3% - 5% pada pembuatan bir dan sampai dengan 14% pada pembuatan minuman anggur. Apabila minuman beralkohol mempunyai kadar yang melebihi dari itu berarti ke dalamnya ditambahkan alkohol atau difermentasi lanjut dengan destilasi. Pada pembuatan roti, gas CO2 yang terbentuk sebagai akibat proses peragian menjadikan adonan mengembangnya dan alkohol yang terbentuk akan hilang dengan sendirinya karena proses pembakaran.

b. Genus Neurospora
Pada musim penghujan, kita dapat dengan mudah menemukan Neurospora di bekas kayu terbakar yang berwarna oranye. Apabila dengan mikroskop, konidia jamur ini terlihat berderet membentuk rangkaian spora yang tumbuh menurut arah jari-jari. Di wilayah Jawa Barat, jamur tersebut dimanfaatkan untuk pembuatan oncom, yaitu tempe yang bahan dasarnya terbuat dari ampas tahu atau bungkil kacang tanah. Jamur tersebut banyak dipakai oleh para ahli sebagai bahan penelitian sitogenetika. Pada awalnya, sebelum diketahui fase perkembangbiakan seksualnya, jamur ini dimasukkan ke dalam golongan jamur tidak sempurna atau Fungi imperfecti dan diberi nama Monilia sithophila. semenjak penemuan fase seksualnya oleh B.O.Dodge pada tahun 1926, bahwa jamur tersebut menghasilkan askus maka jamur tersebut dimasukkan ke dalam golongan Ascomycota. Sedangkan fase aseksualnya telah lama diketahui, yaitu sejak tahun 1843.
Genus Neurospora

c. Genus Aspergillus
Fase perkembangbiakan aseksual Aspergillus menghasilkan konidium yang disangga konodiofor. Ujung konidiofornya bentuknya mirip dengan bola dengan sejumlah cabang yang masing-masing menyangga ranting konidium.
Jamur ini tumbuh sebagai saproba di beraneka macam bahan organik, misalnya roti, kacang-kacangan, olahan daging, butiran padi, makanan dari beras atau ketan, dan kayu. Teman-teman mungkin pernah melihat lapisan hijau di atas selai, kue keranjang ataupun pada roti, itulah Aspergillus. Jamur tersebut bisa bertahan hidup pada kondisi asam, kandungan gula tinggi, ataupun kadar garam tinggi, pada kondisi tersebut bakteri terhambat pertumbuhannya. Beberapa spesies jamur ini, contohnya Aspergillus fumigatus yang menyebabkan Aspergilosis pada unggas. Penyakit tersebut menyerang saluran pernafasan karena menghirup udara yang mengandung spora dari kotoran yang telah berjamur. Walaupun jarang dijumpai, penyakit tersebut bisa menyerang manusia. Pada manusia, gejala penyakit ini hampir sama dengan gejala TBC yang disebabkan bakteri. Aspergillus flavus menghasilkan alfatoksin, yaitu suatu senyawa racun yang diperkirakan menjadi penyebab kanker hati. Jamur ini bisa ditemukan pada kacang tanah atau produk makanan yang terbuat dari kacang tanah. Dengan demikian maka hindarilah mengkonsumsi kacang tanah yang telah tidak segar atau produk makanan dari kacang tanah yang permukaannya mulai berubah warna. Ada juga Aspergillus yang bermanfaat untuk manusia, seperti A. niger menghasilkan asam sitrat dan A. oryzae yang menghasilkan enzim amylase untuk merombak amilum dalam pembuatan minuman beralkohol, juga dipakai dalam pembuatan kecap, dan tahu, serta taoco.

d. Genus Penicillium
Di tempat-tempat yang ditumbuhi Aspergillus bisa juga ditemukan Penicillium. Fase aseksual jamur ini menghasilkan konidium yang disangga oleh konidiofor. Berbeda halnya dengan Aspergillus, konidiofor Penicillium bercabang-cabang, dan masing-masing menyangga sekumpulan cabang yang lebih pendek. Beberapa spesies Penicillium dimanfaatkan dalam pembuatan keju, misalnya P.camemberti dan P.requoforti yang memberikan aroma khas di keju. P.notatum dan P.chrysogenum menghasilkan penisilin. P.digitarum dan P.italicum bisa menjadi penyebab kerusakan pada buah jeruk. P.expansum menyebabkan buah apel membusuk di tempat penyimpanan. Teman-teman mungkin pernahkah melihat beras yang berubah menjadi berwarna kuning saat disimpan. Beras yang seperti ini sering disebut "yellow rice". Penyebabnya adalah P.islanicum.

Baca juga : Protista dan Monera

4. Basidiomycota

Asal nama dari Basidiomycota adalah berasal dari kata basidium, adalah suatu tahapan diploid dalam daur hidup Basidiomycota yang berbentuk seperti gada. Secara umum, jamur ini merupakan saproba yang penting. Kegiatannya adalah mengurai polimer lignin pada kayu dan berbagai bagian tumbuhan yang lain.
Terdapat sekitar 25.000 spesies dari divisio ini sudah teridentifikasi. Ciri umum dari jamur ini yaitu hifa bersepta, fase seksualnya dengan pembentukan basidiospora yang terbentuk pada basidium yang berbentuk gada, membentuk tubuh buah (basidiokarp) seperti halnya payung yang terdiri atas batang dan juga tudung. Pada bagian bawah tudung terdapat adanya lembaran-lembaran, ini merupakan tempat terbentuknya basidium. Semua dari anggota divisio Basidiomycota beradaptasi pada kehidupan di darat sebagai saproba, parasit pada organisme lain dan mikoriza.

Daur hidup Basidiomycota
Tanda fase aseksual pada Basidiomycota yaitu terbentuknya konidium, sedangkan fase seksualnya ditandai dengan membentuk basidiospora. Spora pada konidium ataupun basidiospora pada keadaan yang cocok tumbuh membentuk hifa bersekat melintang yang berinti satu (monokariotik). Selanjutnya, hifa akan tumbuh membentuk miselium. Di antara hifa yanga ada terdapat hifa yang berjenis (+) dan ada yang (-). Apabila hifa (+) dan hifa (-) bertemu, bersentuhan, maka dinding sel yang membatasi keduanya amebjadi melebur, sehingga terbentuk saluran sel. Hifanya kemudian menjadi berinti dua (dikariotik). Sel hifa dikariotik terus tumbuh menjadi miselium. Dari miselium tersebut muncul tubuh buah (basidiocarp). Tubuh buah akan membentuk basidium. Di dalam basidium, inti yang mula-mula dua buah (masing-masing haploid) melebur menjadi satu inti diploid. Inti diploid akan membelah secara meiosis dan akan menghasilkan 4 basidiospora haploid. Demikian seterusnya daur hidupnya berulang lagi.
Beberapa contoh Basidiomycota yang menguntungkan seperti yang berikut ini
1) Volvariella volvacea dan Agaricus bisporus, jamur ini merupakan jamur yang dibudidayakan untuk dimasak sebagai bahan makanan. Jamur tersebut ditanam pada medium yang mengandung selulosa (misalnya jerami) dengan kelembapan tinggi.
2) Auricularia polytrica (jamur kuping), jamur ini lezat untuk dimakan, hidup pada batang tumbuhan yang telah mati.

Beberapa contoh Basidiomycota yang merugikan misalnya:
1) Puccinia graminis, jamur tersebut hidup parasit pada rumput.
2) Ustilago maydis, jamur ini bersifat parasit pada tanaman jagung, menyerang sukam daun , tongkol, jumbai dan tangkai. Hal yang paling menyolok apabila tanaman jagung diserang jamur ini yaitu adanya butiran jagung pada tongkolnya menjadi jauh lebih besar dari ukuran yang normal.
3). Ganoderma pseudoferreum, jamur ini merupakan penyebab terjadinya busuk akar pada tanaman coklat, kopi, teh, karet dan juga pada tanaman perkebunan lainnya.
4). Ganoderma applanatum, jamur ini adalah penyebab kerusakan pada kayu.

Demikian artikel biologi yang berjudul Jamur (Fungi) : Ciri-ciri dan Klasifikasi Jamur (Materi Pelajaran Biologi SMA/ MA Kelas 10) yang semoga dapat memberi manfaat, dan terimakasih atas kesediannya berkunjung di blog ini.

Artikel www. Aanwijzing.com : Ayo membaca...!!! Lainnya :

Copyright © 2016 Aanwijzing.com | Google.com | Google.co.id | Design by Bamz | Powered by Blogger.