Kolonialisme dan Imperialisme Barat serta Pengaruhnya (Bagian 1)


Artikel yang terkait dengan judul :Kolonialisme dan Imperialisme Barat serta Pengaruhnya (Bagian 1)

Kolonialisme dan Imperialisme Barat serta Pengaruhnya  (Bagian 1) ✓ Dalam mempelajari bab ini, saya akan bagi menjadi 2 bagian karena artikelnya lumayan panjang dan kebetulan ini adalah bagian yang pertama. Jadi teman-teman dapat melanjutkannya ke bagian yang kedua. Setelah mempelajari mengenai kolonialisme, imperialisme barat beserta pengaruhnya, maka teman-teman dapat menjelaskan mengenai Perang Salib yang berhubungan dengan penjelajahan samudra dan dapat menjelaskan perihal yang lainnya yang berhubungan dengan kolonial dan imperialisme. Ayo kita belajar bersama.
Kolonialisme dan Imperialisme Barat serta Pengaruhnya

Daftar Isi

1. Perang Salib dan Dampaknya Terhadap Kolonialisme dan Imperialisme
2. Kedatangan Bangsa-bangsa Eropa di Indonesia
3. Reaksi Rakyat Indonesia menentang Bangsa-bangsa Eropa

Perang Salib dan Dampaknya Terhadap Kolonialisme dan Imperialisme

Kita sering mendengar istilah perang salib, namun apa pengertian perang salib tersebut? Perang salib addalah merupakan perang antara penganut agama Islam dan penganut agama Kristen dalam rangka untuk memperebutkan daerah Yerusalem/ Palestina. Berlangsungnya perang salib tersebut sekitar dua abad dalam 7 kali perang. Berakhirnya perang salib adalah pada tahun 1291 dan semua wilayah di Palestina adalah menjadi bagian dari kerajaan Islam yakni Turki Usmani. Pada waktu itu kerajaan Turki Usmani melarang untuk melakukan perdaganan dengan bangsa Eropa yang berada di sekitar Laut Tengah. Padahal waktu itu, barang dagangan yang berupa rempah-rempah sangat dibutuhkan oleh bangsa Eropa dan hanya dapat dijumpai di pelabuhan sekitar Laut Tengah. Dengan adanya kondisi tersebut maka bangsa Eropa membuat keputusan untuk mencari daerah sumber rempah ke dunia timur dengan melakukan penjelajahan samudera dan berhasil mencapai daratan Indonesia. Bangsa Portugis, Bangsa Spanyol, Bangsa Belanda, dan Bangsa Inggris adalah bangsa eropa yang mencapai wilayah Indonesia. Kedatangan bangsa-bangsa Eropa di Nusantara pada awalnya lewat persekutuan perdagangan. Kemudian persekutuan atau serikat dagang tersebut berusaha untuk menguasai atas perdagangan rempah-rempah Indonesia dengan cara melakukan praktik monopoli. Mereka juga melakukan penguasaan wilayah dan penyebaran agama. Ketiga pelaksanaan praktik tersebut adalah merupakan tujuan imperialisme kuno yaitu yang meliputi Gold = emas, Gospel = keagamaan, Glory = kejayaan (3G). Praktik  3G tersebut akan memudahkan bagi bangsa Portugis, bangsa Spanyol, Bangsa Belanda, dan Bangsa Inggris dapat dengan mudah untuk menjalankan kolonialisme dan imperialisme.

Kedatangan Bangsa-bangsa Eropa di Indonesia

Kedatangan Bangsa Portugis di Indonesia

Utusan dari bangsa Portugis yang bernama Diego Lopez Squeira pada tahun 1509 tiba di Malaka dan menyampaikan surat kepada Sultan Mahmud Syah, tetapi Malaka menolak untuk melakukan perdagangan dengan Bangsa Portugis. Kemudian di tahun 1511 Bangsa Portugis datang ke Makala bukan untuk melakukan perdagangan tetapi melakukan penyerangan dan berhasil menguasai Malaka. Pasukan serangan tersebut adalah dipimpin oleh Alfonso d’Albuquerque. Apa saja yang menjadi keuntungan dari bangsa Portugis dengan menguasai Malaka? Keuntungan tersebut yaitu:
  • Bangsa Portugis akan menguasai jalur perdagangan penting di wilayah Asia, termasuk di dalamnya perdagangan atas rempah-rempah.
  • Malaka bisa dipakai sebagai batu loncatan untuk menguasai perdagangan rempah-rempah di wilayah Maluku. Sehingga Portugis membangun basis militer yang kuat di wilayah Malaka.
Di tahun 1512, Bangsa Portugis melakukan pelayaran menuju Maluku yang dipimpin oleh De Abreau. Sebelum sampai di Maluku ia juga singgah di beberapa pelabuhan di nusantara, misalnya ia singgah di Aceh, Banten, Sunda Kelapa, Cirebon, Demak, Gresik, dan kemudian mencapai Ternate. Perdagangan antara Portugis dan Kerajaan Ternate berjalan dengan damai bahan Ternate meminta kepada Portugis untuk membuatkan benteng (bernama Sao Paulo) yang mana benteng tersebut berguna untuk menghindarkan dari serangan musuh yaitu tidore. Kemudian Bangsa Portugis memperoleh kesempatan untuk memonopoli perdagangan cengkeh. Semenjak Portugis membeli rempah-rempah langsung dari wilayah Maluku, maka bandar Lisabon (Lisboa) menjadi sentra perdagangan atas rempah-rempah dan komoditas lain yang berasal dari Hindia Timur. Kemudian komoditas tersebut didistribusikan ke seluruh wilayah Eropa. Di wilayah Ternate, Bangsa Portugis mulai goyah. Ternate memerlukan Portugis hanya untuk memperkuat pertahanan dalam rangka untuk mengahadapi bangsa Tidore. Namun Kerajaan Ternate dan Kerajaan Tidore bersatu melawan Bangsa Portugis yaitu pada tahun 1533. Yang tadinya Kerajaan Ternate dan Kerajaan Tidore bermusuhan sekarang menjadi teman untuk mengusir Portugis. Mengapa bisa menjadi bersatu kedua kerajaan tersebut? Hal ini karena Portugis melakukan praktk monopoli dan juga melakukan penyebaran terhadap agama Nasrani. Dalam mengusir Bangsa Portugis, Kerajaan Ternate dan Kerajaan Tidore berhasil dan akhirnya Portugis keluar dari Maluku dan menetap di Timor. Daerah lain yang diincar oleh Portugis sebelum menetap di Timor adalah:
  1. Wilayah Sumatra. Alasan mengincar daerah ini adalah karena mereka mengincar hasil perkebunan lada. Bangsa Portugis tidak berhasil melakukan perdagangan baik perdagangan biasa apalagi monopoli. Hal ini karena adanya Kerajaan Aceh yang menentang adanya Bangsa Portugis.
  2. Di wilayah Jawa, Bangsa Portugis hanya bisa melakukan perdagangan  di daerah Blambangan dan Pasuruan. Mengapa demikian? Karena daerah-daerah yang lainnya di Jawa sudah dikuasai oleh Kerajaan Demak, yang merupakan musuh dari Portugis.

Kedatangan Bangsa Spanyol di Indonesia

Terdapat 2 buah kapal ekspedisi Bangsa Spanyol yang sampai Wilayah Maluku yaitu pada tahun 1521. Kapal-kapal tersebut datang dari Filipina dalam pelayarannya kembali menuju ke Spanyol lewat Kalimantan Utara. Pada waktu itu terjadi permusuhan antara ternate dan tidore. Untuk mengimbangi dari Kerajaan Ternate yang didukung oleh Portugis maka Bangsa Spanyol ikut campur dengan mendukung Kerajaan Tidore. Namun karena disebabkan oleh karean kalah kuat maka persekutuan antara Bangsa Spanyol dan Kerajan Tidore dapat dikalahkan. Semenjak tahun 1543, Bangsa Spanyol tidak lagi melakukan ekspedisi ke Indonesia. Berdasarkan pada Perjanjian Tordesillas, maka kawasan Maluku hanya boleh dijelajahi oleh Portugis saja, sedangkan untuk Bangsa Spanyol hanya sampai di Wilayah Filipina.

Kedatangan Bangsa Inggris di Indonesia

Ekspedisi Bangsa Inggris dalam rangka untuk menguasai perdagangan di Hindia Timur tidak disponsori oleh pemerintah, namun oleh persekutuan dagang yang bernama East India Company (EIC) yang mana EIC adalah merupakan persekutuan dagang yang terdiri dari gabungan para pengusaha London. Mulai tahun 1.600, persekutuan dagang ini mendapatkan hak khusus dari pemerintah Inggris menangani perdagangan di Hindia Timur. Sehingga karena adanya hak khusus tersebut membuat EIC mempunyai wewenang penuh atas monopoli perdagangan di wilayah Hindia Timur. Pada akhir abad ke-16, East India Company melakukan hubungan dagang dengan beberapa daerah yang ada di Indonesia, misalnya di Aceh, Jayakarta, Banjar, Gowa, dan juga di Maluku. Tetapi karena terdesak oleh bangsa Belanda, maka pada akhirnya Bangsa Inggris yang ada di wilayah tersingkir.

Kedatangan Bangsa Belanda di Indonesia

Setelah memperoleh petunjuk dari Jan Hueygen Van Linschoeten, Bangsa Belanda mulai melakukan pelayaran. Dalam rangka untuk menghindari terjadinya persaingan dengan Bangsa Portugis, maka diusahakan pelayaran melalui utara, namun gagal. Lalu dibentuklah Compagnie Van Vere oleh pengusaha-pengusaha Belanda. Dari kongsi dagang tersebut, maka dilakukan ekspedisi:
Cornelis de Houtman
a. Pada tahun 1596, armada dagang Belanda dengan empat kapal yang dipimpin oleh Cornelis de Houtman datang di wilayah Banten. Kedatangan mereka di tanah Banten disambut dengan baik. Tetapi Belanda mempunyai ambisi untuk mendapatkan keuntungan yang besar. Sehingga pada akhirnya muncul perselisihan antara Belanda dengan penduduk setempat dan juga dengan penguasa wilayah. Seluruh pelabuhan dagang di pantai utara Pulau Jawa ditutup bagi pedagang Belanda. Dengan demikian misi dagang Belanda tersebut dianggap tidak berhasil.
Pendaratan Belanda Pertama di Banten
b. Pada tahun 1598 Jacob van Neck dan Warwijk memimpin misi dagang Belanda yang kedua telah  mendarat di Banten. Kedatangan mereka mendapat sambutan yang baik oleh penguasa, pedagang, dan rakyat Banten. Mereka melakukan interaksi sosial di Banten. Pada waktu itu Banten sedang mengalami perselisihan dengan Bangsa Portugis. Keberhasilan Jacob van Neck dan Warwijk memimpin misi dagang Belanda yang kedua ini membuat para pengusaha dan pedagang Belanda untuk berlomba-lomba datang ke Nusantara. Dalam rangka untuk menghindari persainga antar pengusaha Belanda  maka dibentuk serikat dagang (kongsi dagang) di Hindia Timur pada tahun 1602 tepatnya tanggal 20 Maret atas usulan dari Johan Olden Barneveld yang kita kenal sebagai VOC di Ambon dengan modal awalnya adalah sebesar 6,5 milyar Gulden.

Tujuan pembentukan VOC adalah:
  1. Supaya tidak terjadi persaingan antar pedagang Belanda agar dapat menghadapi persaingan dengan bangsa lainnya.
  2. Untuk memonopoli perdagangan sehingga memperoleh pendapatan atau keuntungan yang besar.
  3. Untuk membantu pemerintah Belanda yang sedang berperang dengan bangsa Spanyol.
Pada tahun 1602 VOC memiliki hak octrooy atau izin untuk memonopoli perdagangan dari pemerintah Belanda. Adapun untuk wilayah yang diijinkan untuk dilakukan monopoli adalah dimulai dari Tanjung Pengharapan (Afrika Selatan) hingga selat Magellan (Filipina). Dengan adanya hak khusus tersebut, maka VOC telah menjadi lembaga pemerintah Belanda yang sekaligus perdagangan yang otonom di wilayah jajahannya. Dengan demikian keberadaan dari VOC di suatu wilayah jajahannya dipimpin oleh seorang Gubernur Jenderal, yang juga sekaligus termasuk Heeren Seventien (17 Pimpinan). Tugas dan wewenang dari gubernur jenderal adalah menjalankan 2 peran yang sekaligus yaitu sebagai 1). direktur perusahaan dan 2). sebagai pimpinan pemerintahan. Semenjak tahun 1608 terdiri atas gubernur jenderal (yang mewakili pihak Kerajaan Belanda) dan Road van Indie (Dewan Hindia). Kedua pihak tersebut disebut “Hooge Regering” (Pemerintah tertinggi). Gubernur Jenderal yang pertama dijabat oleh seorang yang bernama Pieter Both (1610–1614). Ia memiliki kantor di atas kapal yang berlabuh diperairan Ambon. Kemudian Pieter Both memiliki rencana untuk memindahkan pusat kedudukan VOC menjadi ke Batavia (Jayakarta). Pertimbangan yang mendaari adanya rencana pemindahan pusat kedudukan VOC tersebut antara lain:
  • Jayakarta memiliki letak yang lebih strategis apabila dibandingkan dengan Ambon sebab terletak di tengah jalur perdagangan Asia.
  • Alasan yang kedua dalah VOC akan dengan lebih mudah untuk menyingkirkan Portugis yang berkedudukan di Malaka.
Dalam rangka untk menjalankan rencananya tersebut maka Pieter Both meminta ijin terlebih dahulu kepada Pangeran Jayakarta, dan permintaannya tersebut diterima atau dikabulkan. Namun beberapa tahun kemudian, Pangeran Jayakarta juga memberikan izin kepada East India Company (EIC) dari Inggris untuk mendirikan kantor dagangnya di Jayakarta. Dari kondisi tersebut maka terjadi persaingan antara VOC dengan EIC. Kemudian pada kondisi yang sedang mengalami persaingan antara VOC dan EIC terjadilah pergantian atas gubernur jendral VOC dari Pieter Both digantikan oleh Jan Pieterszoon Coen. Dalam rangka untuk mengahadapi EIC maka ia mendirikan atau membangun benteng di Jayakarta. Langkah selanjutnya adalah menghasut penguasa Banten Ranamenggala untuk memecat Pangeran Jayakarta karena pada saat itu Jayakarta di bawah kekuasaan Banten dan sekaligus menutup EIC. Kemudian VOC mendapat hak penush atas Jayakarta sejak tanggal 31 Mei 1619. Kemudian sejak waktu itu nama Jayakarta berubah menjadi nama Batavia, karena kota Jayakarta telah banyak yang rusak akibat pertempuran dengan Banten. Di dalam melakukan monopoli perdagangan, VOC melakukan beberapa tindakan, yaitu:
  • Pelayaran Hongi: patroli dengan memakai perahu kora-kora, yang juga dilengkapi dengan adanya senjata untuk mengontrol terhadap pelaksanaan monopoli di wilayah Maluku.
  • Hak ekstripasi: hukuman kepada para pelanggar aturan monopoli.
Kejayaan dari VOC secara perlahan menjadi pudar, para pegawainya banyak yang melakukan korupsi. Selain faktor tersebut juga adanya persaingan terhadap bangsa lainnya misalnya Prancis dan Inggris, di dalam melaksanakan monopoli rempah-rempah. Akhirnya usaha yang djalankan oleh VOC mengalami kerugian, karena jumlah biaya yang dikeluarkan cukup tinggi.

Reaksi Rakyat Indonesia menentang Bangsa-bangsa Eropa

Reaksi terhadap Bangsa Portugis

a. Perlawanan Adipati Unus terhadap Portugis di Malaka

Seorang bangsawan Demak yang bernama Adipati Unus pada tahun 1513 menyerang portugis ke Malaka, karena Portugis dianggap membahayakan perdagangan dan juga terhadap penyebaran agama Islam di Indonesia. Seorang keturunan Jawa yang bernama Katir yang bermukim di Malaka ikut membatu para prajurit Demak tersebut. Namun karena kapal serta perlengkapannya kurang ditambah lagi jarak Kerajaan Demak dan Malaka terlalu jauh maka serangan Demak tersebut mengalami kegagalan. Kemudian Adipati Unus menempuh cara yang lainnya yaitu dengan memblokade ekonomi, caranya adalah bandar-bandar yang ada di pantai utara jawa tertutup untuk portugis. Jalur perdagangan dari Jawa ke Aceh tidak melalui Selat Malaka, namun melalui Selat Sunda, Samudra Hindia kemudian ke Aceh.

b. Perlawanan Rakyat Aceh

Sejak tahun 1511, bangsa Portugis menguasai Malaka. Kerajaan Aceh adalah merupakan saingan berat dalam bidang perdagangan. Yang tadinya bersaing dalam bidang persaingan muai berkembang menjadi peperangan. Perlawanan rakyat Aceh kepada bangsa Portugis muncul mulai pemerintahan Sultan Ali Mughayat Syah.

Alasan yang mendasari rakyat Aceh melawan Portugis yaitu:
  • Portugis adalah merupakan saingan yang kuat Aceh dalam perdagangan di Malaka.
  • Adanya kepentingan Bangsa Portugis untuk menyebarkan agama Kristen, sedangkan Aceh memeiliki kepentingan untuk menyebarkan agama Islam.
Langkah yang diambil untuk menghadapi Portugis adalah Sultan Iskandar Muda mengadakan kerjasama dengan pasukan Mesir, Turki, India untuk memperkuat pertahanannya dan berusaha untuk memperoleh persenjataan dari luar negeri.

c. Perlawanan Rakyat Maluku

Rakyat maluku juga melakukan perlawanan terhadap Portugis di tahun 1533. Terdapat bebrapa alasan mengapa rkyat maluku mengadakan perlawanan kepada Portugis. Alasannya tersebut yaiyu karena bangsa Portugis bersikap congkak dan juga mejalankan praktek monopoli perdagangan. Dalam rangka menghadapi rakyat Maluku, maka pasukan Portugis minta bantuan pasukan Portugis yang berada di Malaka yang dipimpin oleh Antonio Galvao. Kemudian pada tahun 1565 terjadi perlawanan lagi terhadap Portugis yang dipimpin oleh Sultan Khairun. Karena Portugis takut akan kehilangan hak monopoli atas perdagangan rempah-rempah di Ternate, maka Portugis mengusahakan persahabatan dengan Sultan Khairun dan putranya, Sultan Baabullah. Portugis kemudian mengkhianati persahabatan yang dibangun tersebut sehiingga menyebabkan Sultan Khairun menjadi marah dan kemudian beliau memimpin perlawanan. Dalam perlawanan tersebut Sultan Hairun tewas terbunuh. Kondisi tersebut membuat puteranya juga menjadi marah. Kemudian Sultan Baabullah mengadakan perlawanan kepada Portugis pada Tahun 1574. Kemudian di tahun 1575, Portugis terpaksa menyingkir ke Hitu (Ambon). Kemudian Portugis juga mendapat perlawanan di Ambon sehingga pada tahun 1590 bangsa Portugis meninggalkan Ambon. Untuk selanjutnya Portugis pergi ke Pulau Timor.

Reaksi terhadap VOC

1). Mataram Melawan VOC
Puncak kejayaan kerajaan Mataram adalah pada masa kepemimpinan Sultan Agung Hanyokrokusumo (1613–1645). Daerah kekuasaan kerajaan mataram adalah hampir seluruh Pulau Jawa selain Jawa Barat. Pada awalnya hubungan antara kerajaan Mataram dan VOC berjalan dengan baik yang dibuktikan oleh mataram untuk memperbolehkan VOC untuk mendirikan kantor dagangnya di mataram tanpa membayar pajak. Tetapi VOC kemudan melakukan praktek monopolo perdagangan di Jepara. Kemudian Bupati Kendal yang merupakan penanggungjawab wilayah Jepara bernama Baurekro menolak hal tersebut. Dengan kondisi tersebut maka mataram menjadi marah dan melakukan penyerangan ke kantor VOC. Kemudian Gubernur Jenderal VOC Jan Pieterszoon Coen membalas serangan tersebut dengan memerintahkan kepada pasukannya untuk menembaki daerah Jepara. Sikap yang diambil oleh Sultan Agung adalah beliau betekat melakukan penyerangan ke kota Batavia. Penyerangan Sultan Agung tersebut sebanyak 2 kali. Pada tahun 1628 adalah merupakan serangan yang pertamanya. Pada pertengahan bulan Agustus 1628, dengan tiba-tiba armada Mataram muncul di perairan kota Batavia, kemudian armada Mataram tersebut menyerang benteng VOC.

Panglima-panglima Sultan Agung antara lain:
  • Tumenggung Baurekso.
  • Kyai Dipati Manduro-Rejo.
  • Tumenggung Sura Agul-agul.
  • Kyai Dipati Uposonto.
Dalam penyerangan tersebut, Panglima Sultan yang bernama Tumenggung Baurekso beserta putranya gugur. Pasukan Sultan Agung memakai taktik perang yang tinggi, misalnya dengan membendung Sungai Ciliwung. Tetapi penyerangan yang dilakuakan kali ini mengalami kegagalan dan terpaksa mengundurkan diri.
Kemudian Sultan Agung menyusun strategi baru untuk persiapan melakukan serangan yang kedua. Kemudian pada tahun 1629 dilakukan serangan yang kedua dengan membuat suatu perencanaan yang lebih sempurna misalnya:
  • Persenjataan sudah dilengkapi dengan senjata api dan juga meriam.
  • Terdapat pasukan berkuda dan beberapa gajah.
  • Persediaan makanan yang cukup dan pembangunan lumbung-lumbung padi di daerah Tegal dan daerah Cirebon.
Serangan yang kedua ini berhasil menghancurkan benteng Hollandia dan J.P. Coen tewas pada saat mempertahankan benteng Meester Cornellis. Oleh karena terdapat pasukan yang tewas, maka daerah tersebut dinamakan Rawa Bangke. Kemudian VOC mengetahui tempat lumbung padi yang berada di Tegal dan Cirebon, lalu VOC membakar lumbung-lumbung tersebut. Serangan yang kedua ini juga mengalami kegagalan. Selanjutnya Sultan Agung memikirkan untuk melakukan penyerangan selanjutnya, namun sebelum rencana tersebut terwujud, Sultan Agung mangkat di tahun 1645. Hal-hal yang menyebabkan kekalahan mataram dalam penyerangan antara lain:
  • Jarak yang jauh antara Mataram (sekarang Jogjakarta) ke Batavia (sekrang Jakarta) sehingga mengalami kelelahan.
  • Kekurangan persediaan makanan (kelaparan).
  • Kalah di dalam persenjataan.
  • Terjangkitnya penyakit malaria sehingga banyak yang meninggal.
2). Perlawanan Trunojoyo (1674–1678)

Trunojoyo adalah merupakan putra dari bupati Madura. Di tahun 1674, Trunojoyo melakukan perlawanan kepada Mataram karena Sultan Amangkurat I putra Sultan Agung melakukan kerja sama dengan VOC. Sikap yang diambil berbeda dengan sikap yang diambil oleh ayahnya. Gerakan Trunojoyo tersebut mendapatan dukungan dari:
  • Macan Wulung dari Madura Timur.
  • Panembahan Rama dari Giri.
  • Pelaut-pelaut Bugis pimpinan Kraeng Galesung dan Nontemaramo.
  • Para bupati pesisir, seperti Surabaya, Jember, dan juga Lasem.
Gerakan Trunojoyo tersebut dihadang oleh gabungan pasukan Mataram dan VOC. Untuk selanjutnya, Trunojoyo terkepung di Gunung Kelud dan akhirnya menyerah kepada Kapten Jonker pada tagun 1678. Namun perlawanan dari rakyat masih tetap berlangsung, bahkan memperoleh dukungan dari R. Kajoran dari Bagelen, yang masih merupakan wilayah Mataram. Dalam perlawanan tersebut sultan Sunan Amangkurat I dan putranya meninggalkan keraton, kemudian minta bantuan kepada VOC. Setelah sampai di Tegalarum (Tegalwangi) Amangkurat I meninggal pada tahun 1677. Adipati Anom yang merpakan putra mahkota kemudian menggantikan Amangkurat I. Kemudian ia bergelar gelar Amangkurat II. Ia terpaksa bergantung pada bantuan VOC dalam menegakkan mahkotanya. VOC mau membantu Amangkurat II namun mengikatnya dengan suatu perjanjian di tahun 1670 yang isinya antara lain :
  • Mataram menanggung seluruh biaya perang yang dilakukan oleh rakyat.
  • VOC dapat melakukan memonopoli perdagangan.
  • Terdapat beberapa daerah yang akan diserahkan kepada VOC, yaitu daerah yang subur Cisadane, Cimanuk, Madura Timur, Semarang, dan sekitarnya.
Akibat terjadinya peperangan, maka keraton mengalami kerusakan yang cukup banyak. Kemudian keraton terpaksa dipindahkan dari Kerto/ Plered ke Kartasura. Semenjak saat itu, takhta dari Kerajaan Mataram terikat dengan perjanjian yang dilakukan VOC dan hidup dalam lingkungan VOC.

3). Perlawanan Untung Suropati (1686–1706)

Untung Suropati adalah merupakan seorang bangsawan Bal yang diculik oleh bajak laut untuk dijadikan budak. Kemudian Untung Suropati dibeli oleh Edeler Moor yang merupakan salah seorang pengurus harian VOC, lalu ia diangkat menjadi seorang prajurit VOC. Di dalam mengatasi pergolakan di wilayah Banten, Untung Suropati bertindak sebagai prajurit VOC bisa menangkap Pangeran Purboyo. Namun oleh prajurit Belanda bernama Kuffeler Untung Suropati dianggap masih berkedudukan rendah membuatnya terasa dihina, kemudian ia membunuh Kuffeler. Rasa kebangsaannya mulai bangkit dan Untung Suropati malah berbalik melawan VOC dan Pangeran Puger. Untuk melawan VOC kemudian Untung Suropati bekerjasama dengan Sunan Mas. Dalam peperangan yang terjadi di Bangil - Pasuruan (Jawa Timur), Untung Suropati gugur. Kemudian Sunan Mas melanjutkan perjuangannya dan akhirnya Sunan Mas ditangkap oleh pasukan VOC di tahun 1708 dan dibuang ke daerah Ceylon (Sri Lanka).

4). Perlawanan Mangkubumi dan Mas Said (1749-1757)

Pecahnya perlawanan Mangkubumi disebabkan:
  • Raja Mataram, Paku Buwono III menyerahkan daerah pantai utara Pulau Jawa kepada VOC sehingga Kerajaan Mataram tidak memiliki pelabuhan.
  • Pangeran Mangkubumi merasa tersinggung dan juga malu, karena Gubernur Jenderal Van Imhoff turut campur di dalam permasalahan antara Pangeran Mangkubumi dengan Paku Buwono II, serta memarahi Pangeran Mangkubumi di hadapan orang banyak pada waktu sidang menghadap raja.
Di tahun 1794 antara Pangeran Mangkubumi dengan Mas Said bekerjasama untuk melawan Paku Buwono II beserta VOC. Perlawanan yang dilakukan adalah dengan teknik bergerilya di tepi sungai Bogowonto dan dapat mengalahkan pasukan Belanda. Bahkan dapat menguasai daerah kekuasaan hingga Yogya, Bagelen, dan juga Pekalongan. Kemudian pada saat itu, antara Pangeran Mangkubumi dan Mas Said terjadi perselisihan dan akhirnya berpisah. Konsekwensinya adalah perjuangan menjadi melemah dan pasukan VOC segar kembali. Di tanggal 13 Januari 1755, Belanda berhasil membujuk Pangeran Mangkubumi untuk berdamai dengan lahirnya perjanjian Giyanti di tahun 1755. Isi Perjanjian Giyanti adalah pembagian Kerajaan Mataram menjadi dua yaitu Mataram bagian timur dengan ibu di kota Surakarta Hadiningrat yang dikuasai Susuhunan Paku Buwono III, dan Mataram Barat dengan ibu kota Yogyakarta yang dikuasai Pangeran Mangkubumi dengan gelar Sultan Hamengku Buwono I. Pada tanggal 17 Maret 1757, VOC berhasil menghentikan perlawanan yang dilakukan oleh Mas Said dan diikuti  dengan penandatanganan Perjanjian Salatiga. Isi perjanjian Salatiga adalah Mas Said diberi sebagian wilayah Surakarta dan kemudian diangkat menjadi Adipati yang bergelar Adipati Mangkunegara I dan kedudukannya sama dengan Putra Mahkota Surakarta, daerah kekuasaannya disebut Mangkunegaran, setengahnya tetap dikuasai Pakubuwono.

5). Perlawanan Banten terhadap VOC

Pada masa pemerintahan Abdul Fatah atau dikenal sebagai Sultan Ageng Tirtayasa (1850–1682) adalah masa kejayaan dari Kerajaan Banten. Abdul Fatah menolak semua monopoli dagang VOC dan berusaha untuk mengusir VOC dari Batavia.

Tindakan yang dilakukan Sultan Ageng tidak disetujui oleh putranya yang bernama Sultan Haji. Kemudian VOC mendekati Sultan Haji untuk memusuhi Sultan Ageng. Ini sesuai dengan politik devide et impera (adu domba) VOC. Kemudian VOC berhasil menangkap Sultan Ageng dan menguasai istana. Setelah itu Sultan Haji naik takhta, yang diikat dengan suatu perjanjian yang isinya adalah sebagai berikut:
  • Kerajaan Banten harus melepaskan pengaruhnya terhadap Cirebon.
  • Kerajaan Banten harus mengakui monopoli VOC di Banten.
  • Bangsa-bangsa asing selain bangsa Belanda dilarang berdagang di Banten.
  • Sungai Cisadane merupakan batas antara Kerajaan Banten dan daerah VOC.
Walaupundemikian perlawanan kepada VOC terus berlanjut oleh tokoh-tokoh lain, misalnya oleh Kyai Tapa, Ratu Bagus yang bekerja sama dengan para pelaut Syekh Yusuf dan Ibnu Iskandar.

6). Perlawanan Makassar Terhadap VOC

Perlawanan Makassar Terhadap VOC
Perlawanan di makassar terjadi karena adanya monopoli perdagangan di Makassar. Letak Makassar adalah di jalur perdagangan antara Malaka dan Maluku. Selain itu makasar juga merupakan pelabuhan transito, sehingga membuat VOC berambisi menguasainya. Tuntutan tersebut ditolak oleh Sultan Hasannudin, sehingga sering terjadi insiden antara Makassar dengan VOC.Dalam rangka untuk menghadapi Sultan Hasanudin maka VOC melakukan politik devide et impera. VOC mengahasut Raja Bone, Aru Palaka supaya melawan Sultan Hasannudin. Setelah benteng Barombon dpat direbut oleh VOC, maka Sultan Hasannudin menyerah dan harus menandatangani Perjanjian Bongaya pada tahun 1667. Isi Perjanjian Bongaya adalah:
  1. Makassar mengakui atas kekuasaan VOC.
  2. VOC mendapakan monopoli dagang di wilayah Makassar
  3. Makassar melepaskan Bugis dan Bone.
  4. Aru Palaka menjadi Raja Bone.
  5. Makassar membayar seluruh biaya perang kepada VOC.
7). Perlawanan Maluku terhadap VOC

Penyebab perlawanan di maluku adalah VOC berusaha supaya Sultan Ternate mau tunduk dan memasakanan monopoli perdaganagan kepada rakyatnya. Pemimpin perlawanan adalah Kakiali pada tahun 1635, Telukabesi pada tahun 1646, dan Kaicil Saidi pada tahun 1656. Rakyat Tidore melakukan perlawanan kepada VOC terjadi saat ditangkapnya Raja Tidore pada tahun 1779 yaitu Sultan Jamaluddin. Perlawanan dipimpin oleh Sultan Nuku dengan memakai siasat devide et impera. Cara menghasut orang-orang Inggris supaya mengusir VOC dari Tidore. Sesudah berhasil, kemudian Sultan Nuku menggempur orang-orang Inggris dan untuk sementara Sultan Nuku berhasil mengusir VOC dari wilayah Maluku. Untuk melanjutkan tentang Kolonialisme dan Imperialisme Barat serta Pengaruhnya dapat melanjutkan melalui : Kolonialisme dan Imperialisme Barat serta Pengaruhnya (Bagian 2)

Artikel IPS lainnya:
1. Permasalahan Penduduk dan Dampaknya
2. Lingkungan Hidup dan Pelestariannya
*) Semua Materi IPS SMP Kelas 8 dapat dilihat di : Rangkuman Materi Pelajaran IPS SMP/ MTs Kelas VIII

Demikianlah artikel tentang kolonialisme dan imperialisme di Aanwijzing.Com yang berjudul Kolonialisme dan Imperialisme Barat serta Pengaruhnya (Bagian 1) yang semoga bermanfaat. Terimakasih.

Artikel www. Aanwijzing.com : Ayo membaca...!!! Lainnya :

Copyright © 2016 Aanwijzing.com | Google.com | Google.co.id | Design by Bamz | Powered by Blogger.